Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2018

Rio... Tolong Jemput Aku

Malam itu, tubuh Rena mendadak menggigil. Suhu tubuhnya lumayan tinggi, sementara posisinya masih di kantor. Beruntung, malam itu pekerjaannya sudah selesai. Tinggal menunggu finishing yang dilakukan rekannya. Sambil rebahan, Rena membaringkan tubuhnya di ruang pojok yang ada di kantor. Ruang itu memang biasa dipakai untuk segala rupa. Ada yang tidur, gosip, makan bareng, solat dan juga rapat setiap awal pekan. Rena melipat tubuhnya untuk mempertahankan suhu tubuh yang malam itu dirasanya nano-nano.  Antara dingin yang menusuk kulit dan panas disertai kepala pusing hingga membuat matanya jadi berair. Dan ujungnya, air mata pun membanjiri wajahnya yang sudah terlihat layu. Sambil menggosok-gosokan tangan Rena coba mengembalikan suhu tubuhnya kembali normal. Itu juga cara dia menghilangkan rasa dingin yang membuat seluruh tubuhnya terasa ngilu. Malam itu sudah cukup larut. Dia pun sempat dilema apakah akan meminta jemput atau memaksa diri untuk pulang sendiri mengendarai moto

Genap 5 Tahun

Genap 5 tahun. Tidak terasa, ternyata sudah lima tahun bergabung dengan keluarga besar Metropolitan. 14 Januari 2013 Saya datang ke gedung Graha Pena lantai dua sembari membawa lamaran. Dengan segala 'kebutaannya' tentang Bogor, saya beranikan diri melamar di posisi wartawan. (Maklum, lima tahun saya lebih banyak beraktivitas di Semarang. Bahkan, nama bupati dan walikota pun saya tidak tahu. Ketika itu saya bertemu dengan sosok lelaki dengan potongan rambut gondrong mirip salah satu personil The Rolling Stones. Di bagian akhir sesi wawancara, lelaki itu bertanya apakah saya punya dan bisa mengendarai motor. Dengan pede, saya menjawab "bisa" (Padahal, aslinya saya masih takut mengendarai motor ke jalan raya) 15 Januari 2013 Tanpa pendampingan, beliau langsung menyuruh saya liputan sendiri. Cari berita yang menurut saya layak dimuat. Waktu itu saya tertarik mengangkat soal bocah penjaja plastik di pasar tradisional saat di jam sekolah. Tapi rupa

Meniti dari Nol

Tidak ada kesuksesan yang diraih tanpa ketekunan, perjuangan dan pengorbanan. Semua dimulai dari nol. Kata-kata itu terus terpatri dalam diri. Saat kejenuhan merasuk atau pikiran sedang berantakan karena merasa lelah. Kadang, ada saja orang-orang yang membuat diri patah semangat. Entah dari sikapnya atau mungkin dari cara pandangnya yang tiba-tiba membuat gairah meraih kesuksesan mendadak kendur. Tapi lagi-lagi saya sadar kalau diri ini bukanlah siapa-siapa. Untuk itulah sekarang ini masanya menjadikan diri ini lebih bernilai. Istilahnya Zero to Hero. Bukankah setiap anak tangga memang harus dilewati. Apapun kondisinya. Karena kesuksesan di masa depan tergantung dari apa yang kita lakukan di masa kini. Saya percaya dan meyakini sepenuhnya kalau setiap pekerjaan yang dilakukan saat ini tidak akan pernah sia-sia untuk diri saya di masa depan. Walaupun hasilnya belum terlihat, paling tidak kita selalu berusaha menanam kebaikan. Dan, menjalankan tanggungjawab dengan sebaik-se