Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2020

SHADID...

Shadid Itulah nama panggilan anakku.  Kuat artinya. Sungguh, rasanya seperti mimpi bisa memiliki si buah hati. Apalagi kalau melihat tumbuh kembangnya dari hari ke hari. Shadid Secara langsung dan tak langsung, dia sudah menjadi guru kehidupan buat ku. Darinya aku belajar menjadi seorang ibu juga istri. Menjalankan peran itu, yang awalnya terasa cukup berat. Tapi lama kelamaan justru membuatku merasa jadi lebih bijak dari sebelumnya. Memiliki Shadid membuat ku belajar untuk bisa mengontrol diri Mengontrol diri dari apapun Shadid.. Melihat senyumnya, membuatku bahagia. Apalagi saat mendengar ocehannya, betul betul bisa menghilangkan penat Saat tulisan ini dibuat, Shadid genap sepuluh bulan. Dia sudah punya gigi satu. Sudah bisa menyebut ayah, bapak, nenen, mamam. Meski belum jelas bisa memanggil ku ibu Tak apa.. melihat wajahnya yang girang saat melihatku pulang kerja, aku sungguh bahagia. Sebahagia dia bisa melihat ibunya.. Dari Shadid, aku belajar tentang b

Selamat Datang Jagoan!

Malam sebelum proses persalinan, aku masih sempat datang ke kantor. Saat itu aku sudah pembukaan satu. Aku sengaja datang ke kantor untuk mengambil pesanan baso aciku. "Lu belum lahiran juga,"ujar Doyok, rekan kerjaku. "Belum nih, baru pembukaan satu,"jawabku. "Wah, pasti lama. Istri gw aja tiga hari baru lahir sejak pembukaan satu,"ujarnya. "Semoga cepet ini mah,"jawabku yakin. Aku memang sudah tak sabar ingin segera melahirkan. Maklum, sudah dua minggu ini aku cuti dan menanti kelahiran buah hati. Sampai akhirnya setelah beres mengambil pesanan baso aci, kami kembali ke rumah. Malam itu, aku menahan rasanya kontraksi di rumah. Rasanya sungguh luar biasa. sudah pinggang terasa panas perut juga sudah tak karuan. Sampai akhirnya rasa mulas itu datang lebih sering. Tepat pukul 22:00 WIB, kami menuju bidan. Saat dicek, aku baru mau pembukaan tiga. Bidan menyuruhku untuk tiduran sambil menunggu kontraksi. Rasanya luar biasa.

Perasaan Disa Bercampur Aduk

"Dis, aku mau menikah". Pesan singkat itu muncul di layar HP Disa. Pagi itu, air mata Disa langsung tumpah ke wajahnya yang baru saja bangun tidur.  Pesan singkat yang membuatnya hatinya hancur. Tepat di Hari ulang tahunnya, Disa mendapat kabar soal rencana pernikahan mas Pri. Lelaki yang sudah tiga bulan ini hilang kontak. Padahal sebelumnya, Mas Pri intens mendekati Disa, meski hanya lewat ponsel. Bahkan mas Pri masih sempatnya mengutarakan soal perasaan sebelumnya pada Disa.  Perasaan Disa bercampur aduk. Antara sedih, kecewa tapi juga bersyukur karena Allah sudah menunjukkan Jalan-NYA. Persis seperti doanya. "Ya Allah, kalau mas Pri adalah jodohku mudahkan kami bersatu. Tapi kalau bukan, mudahkan aku mengikhlaskannya bersanding dengan wanita lain" itulah doa yang selalu Disa panjatkan di setiap sujud.  Hari itu, walaupun menyakitkan tapi semua terjawab secara terang benderang. Mas Pri bukanlah jodoh Disa. Ada perasaan lega. Karena itu artinya Dis

Jelang Persalinan Part I

"HPL nya 28 Agustus 2019 ya bu" ujar dr Alex, dokter kandungan yang biasa aku datangi. Mendekati waktu HPL, suamiku menyuruh agar aku segera cuti. Dia khawatir dengan kandungan yang semakin terlihat besar. Malahan, sejak 1 Agustus aku sudah disuruh ambil cuti.  Hanya saja aku menolaknya. Memangnya enak, menunggu waktu lahiran di rumah tanpa punya kegiatan.  " enggak ah. Aku mau kerja aja biar gak berasa,"jawabku pada suami. Saat kandungan sembilan bulan, aku masih ke kantor dan pulang malam. Sampai akhirnya aku dipaksa ambil cuti dua minggu jelang Hpl.  Sebenarnya aku keberatan, karena khawatir boring di rumah. Tapi jujur juga,  untuk pergi ke kantor rasanya badan sudah tak karuan. Bukan hanya engap, tapi kadang terasa kontraksi palsunya. Itu yang membuat bekerja pun jadi tak bisa all out. Oiya selama hamil aku juga tidak pernah ke kantor mengendarai motor sendiri. Jadi kalau tak diantar suami, aku pesan grab.  Setelah cuti, aku cob