Tidak ada kesuksesan yang diraih tanpa ketekunan, perjuangan dan pengorbanan. Semua dimulai dari nol. Kata-kata itu terus terpatri dalam diri. Saat kejenuhan merasuk atau pikiran sedang berantakan karena merasa lelah.
Kadang, ada saja orang-orang yang membuat diri patah semangat. Entah dari sikapnya atau mungkin dari cara pandangnya yang tiba-tiba membuat gairah meraih kesuksesan mendadak kendur.
Tapi lagi-lagi saya sadar kalau diri ini bukanlah siapa-siapa. Untuk itulah sekarang ini masanya menjadikan diri ini lebih bernilai. Istilahnya Zero to Hero.
Bukankah setiap anak tangga memang harus dilewati. Apapun kondisinya. Karena kesuksesan di masa depan tergantung dari apa yang kita lakukan di masa kini.
Saya percaya dan meyakini sepenuhnya kalau setiap pekerjaan yang dilakukan saat ini tidak akan pernah sia-sia untuk diri saya di masa depan. Walaupun hasilnya belum terlihat, paling tidak kita selalu berusaha menanam kebaikan.
Dan, menjalankan tanggungjawab dengan sebaik-sebaiknya saya kira itu bagian kebaikan yang harus terus ditanamkan.
Tapi tentu saja untuk tetap konsisten maka selalu ada tantangan. Termasuk, ketika diri dihadapi dengan kondisi tak mengenakan atau tak menguntungkan.
Melakukan pekerjaan yang memang bidangnya, tapi bukan pada porsinya. Bagaimana?
Haruskah melakukannya sepenuh hati tanpa imbalan? atau melakukannya dengan meminta imbalan? atau menolaknya karena merasa diri terlalu berharga, hingga saat tawaran datang tanpa imbalan itu dianggap merugikan atau hal sia-sia.
Maka, pilihan saya jatuh pada yang pertama. Ya, buat saya tidak ada yang sia-sia kalau kita melakukannya dengan sepenuh hati. Imbalan atau tanpa imbalan saya kira itu hak Allah yang memberikan rezeki. Bukankah Allah tidak pernah mau berhutang pada hamba-NYA.
Cukup itu yang saya pegang.
Dan, saya pun menjadi ringan setiap kali melangkah. Walaupun kanan-kiri ada saja yang mengompor-ngompori.
Mungkin bagi orang lain pilihan saya terkesan bodoh, Karena tidak memanfaatkan peluang untuk mengambil untung. Tapi, saya punya pemikiran lain.
Saya menganggap kalau apa yang saya kerjakan untuk orang lain secara cuma-cuma sebagai bagian dari modal untuk meraih kesuksesan. Seperti pengusaha yang menjalankan bisnisnya, bukankah mereka juga membutuhkan modal. Bukan cuma modal finansial, jaringan pertemanan pun bisa jadi modal untuk menjalankan roda bisnis.
Begitupun dengan apa yang saya lakukan. Saya sadar bukan dilahirkan dari keluarga kaya raya. Saya sadar kalau diri ini bukan siapa-siapa. Maka dari itu, saya belajar menitinya dari nol. Setapak demi setapak, selangkah demi selangkah, insyaallah berkah.
Bogor 2018
Komentar
Posting Komentar