Langsung ke konten utama

Judulnya tentukan sendiri



Bagi setiap orang yang sudah masuk usia dewasa dan lebih tepatnya sudah pantas menikah pasti ada rasa khawatir menghadapi kehidupan setelah pernikahan.

Saat menentukan pasangan bukanlah hal mudah. Pasti ada rasa ragu yang tiba-tiba merasuki pikiran. Apa iya orang yang dipilih saat ini adalah imam terbaik untuk dunia akhirat.

Bagaimana bila lelaki itu hanya manis saat pacaran saja.lalu menjadi cuek setelah menikah. Atau bagaimana kalau lelaki itu ringan tangan dan suka berkata kasar.

Meski memang ada pula yang setelah menikah justru kebaikannya jauh lebih meningkat ketimbang sebelumnya.


Begitupula seorang laki-laki. Ketika memilih wanita, pasti juga mempertanyakan apakah orang yang dipilihnya adalah perempuan yang bisa jadi menjadi solehah dan menjadi ibu yang baik untuk anak-anak mereka kelak.

Bagaimana bila perempuan itu akhirnya (mungkin) mata duitan. Atau perempuan itu lebih mementingkan karir daripada keluarga.


Belum lagi kalau lihat pemberitaan yang berbau kriminal. Bagaimana seorang ayah atau suami tega membunuh istri dan anaknya (naudzubillah..). Atau ketika sang suami meninggalkan istrinya demi perempuan lain. Dan bisa jadi sebaliknya. Rasa-rasanya ngeri juga, dan berpikir alangkah nyamannya dengan zona single.

Meski zona itu tak selamanya nyaman. Karena biasanya kenyamanan akan jadi kondisi yang perlahan menghancurkan.

Manusia memang tidak ada yang sempurna. Karena kesempurnaan itu hanya milik Sang Pencipta. Dan semua akan kembali pada diri kita sendiri. Karena apa yang kita dapat adalah segala sesuatu yang kita tanam.
Dan pasangan kita cermin diri kita sendiri. Bisa jadi apa yang kita lakukan saat ini juga sedang dilakukannya.

Di satu tempat yang entah di mana. Bisa dekat dengan kita sendiri. Atau juga sedang melanglangbuana dengan pencariannya.

*** cerita-cerita ringan dengan orang-orang di sekeliling jadi bagian pengalaman untuk kita sendiri.

Seperti Cultural Memory Studies yang menyatakan bahwa deretan pengalaman akan ikut menentukan sikap dan perilaku seseorang. Termasuk apa yang kita lihat, baca, dengar dan rasakan dari pengalaman orang lain.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Wabup, ‘Siapa Dapat Apa’

Polemik pengisian wakil bupati (wabup) Bogor terus saja bergulir. Tarik menarik kepentingan antara partai politik (parpol) pengusung Rachmat Yasin- Nurhayanti (RAYA) saat pemilihan kepala daerah (pilkada) 2013 membuat suhu politik di Kabupaten Bogor kian memanas. Masing-masing parpol berusaha mempertahankan jagoannya aga r bisa menjadi pendamping Nurhayanti. Segala cara dilakukan agar tujuannya tercapai, apalagi kalau bukan demi kekuasaan. Politik tidak pernah lepas dari kepentingan. Sebab, politik menyangkut ‘ siapa dapat apa’, seperti yang diungkapkan pakar politik Amerika serikat Harold D Lasswell.

Rio... Tolong Jemput Aku

Malam itu, tubuh Rena mendadak menggigil. Suhu tubuhnya lumayan tinggi, sementara posisinya masih di kantor. Beruntung, malam itu pekerjaannya sudah selesai. Tinggal menunggu finishing yang dilakukan rekannya. Sambil rebahan, Rena membaringkan tubuhnya di ruang pojok yang ada di kantor. Ruang itu memang biasa dipakai untuk segala rupa. Ada yang tidur, gosip, makan bareng, solat dan juga rapat setiap awal pekan. Rena melipat tubuhnya untuk mempertahankan suhu tubuh yang malam itu dirasanya nano-nano.  Antara dingin yang menusuk kulit dan panas disertai kepala pusing hingga membuat matanya jadi berair. Dan ujungnya, air mata pun membanjiri wajahnya yang sudah terlihat layu. Sambil menggosok-gosokan tangan Rena coba mengembalikan suhu tubuhnya kembali normal. Itu juga cara dia menghilangkan rasa dingin yang membuat seluruh tubuhnya terasa ngilu. Malam itu sudah cukup larut. Dia pun sempat dilema apakah akan meminta jemput atau memaksa diri untuk pulang sendiri mengendarai moto

Menanti Takdir Tuhan untuk Disa

Adam dan Disa. Hubungan keduanya masih terbilang baik. Tapi, entahlah. Akhir-akhir ini Disa lebih memilih untuk menjaga jarak dengan Adam. Bukan karena tak suka, tapi karena ia tak ingin terlarut dalam perasaan yang belum jelas ujungnya. Malam itu, sebuah pesan muncul di ponsel Disa. "Besok libur, kemana kita'? begitu isi pesannya. Adam mengajak Disa pergi lagi. Tapi kali ini, gadis itu menolak. Karena alasan terlalu sering bepergian tiap kali libur akhir pekan. Disa memang terbilang wanita aneh. Kadang, ia menyukai berada di tengah keramaian. Berkumpul dengan teman-teman kantornya sesekali. Tapi,ia pun menikmati waktu sendiri, meski hanya bersama laptop dan alunan musik. Disa menolak karena ingin bersama keluarganya. Ia merasa tak enak hati jika tiap libur, ia harus keluar rumah. Lalu kapan waktu untuk ayah, ibu dan saudaranya. Begitu isi pikiran Disa saat mendapat ajakan Adam. Beruntung, Adam cukup pengertian. Keduanya pun gagal bertemu.  Dalam hati Disa,