Langsung ke konten utama

Penghujung 2014


Usia ku kini sudah hampir menginjak ke25 tahun. Dan tentunya desakan untuk segera menikah mulai mengusik relung hati. Pertanyaan kapan menikah yang sering dilontarkan rekan ku juga jadi pertanyaan dalam hati ini. 

Tapi sayang, aku hanya bisa mengusirnya jauh-jauh dari pikiran. Aku lebih memilih menghabiskan waktu untuk kerjaan sampai akhirnya lupa dengan sendirinya tentang pernikahan.


Aku tahu,cepat lambat masa-masa itu akan menghampiri. Tapi rasanya, aku belum ingin dipusingkan hanya karena perasaan cinta. Aku sendiri hingga saat ini tidak tahu apa itu cinta. Dan, aku juga tidak tahu se-spesial apa kata-kata itu saat keluar dari mulut seseorang.
Karena,kedua orang tua ku yang jelas2 mencintai ku tidak pernah mengucapkan kata cinta seperti mereka yang tengah jatuh cinta.
Dan, lagi-lagi malam ku terusik dengan kehadirannya di pikiran. Entahlah  , jodoh itu bagaikan misteri. Aku juga bingung, seperti tak ada lagi lelaki sampai harus dia yang kupikirkan. Padahal, kami sudah lama tak jalin hubungan. Kami pun saling berjauhan, terpisah di dua kepulauan yang berbeda. 

Tetapi, aku selalu ingin Allah menjaganya. Melindungi setiap langkahnya dan menjadikannya pribadi yang bertakwa, welas asih, santun dan bisa menghargai perempuan.

Lepas dari dia jodoh ku atau bukan.
Aku sendiri tidak tahu, di mana orang yang nantinya akan menjadi imam ku. Tapi aku percaya, ketetapan Allah tidak akan pernah salah.

Dan aku yakin akan bertemu di waktu yang tepat.
Untuk mu belahan jiwa ku.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Wabup, ‘Siapa Dapat Apa’

Polemik pengisian wakil bupati (wabup) Bogor terus saja bergulir. Tarik menarik kepentingan antara partai politik (parpol) pengusung Rachmat Yasin- Nurhayanti (RAYA) saat pemilihan kepala daerah (pilkada) 2013 membuat suhu politik di Kabupaten Bogor kian memanas. Masing-masing parpol berusaha mempertahankan jagoannya aga r bisa menjadi pendamping Nurhayanti. Segala cara dilakukan agar tujuannya tercapai, apalagi kalau bukan demi kekuasaan. Politik tidak pernah lepas dari kepentingan. Sebab, politik menyangkut ‘ siapa dapat apa’, seperti yang diungkapkan pakar politik Amerika serikat Harold D Lasswell.

Rio... Tolong Jemput Aku

Malam itu, tubuh Rena mendadak menggigil. Suhu tubuhnya lumayan tinggi, sementara posisinya masih di kantor. Beruntung, malam itu pekerjaannya sudah selesai. Tinggal menunggu finishing yang dilakukan rekannya. Sambil rebahan, Rena membaringkan tubuhnya di ruang pojok yang ada di kantor. Ruang itu memang biasa dipakai untuk segala rupa. Ada yang tidur, gosip, makan bareng, solat dan juga rapat setiap awal pekan. Rena melipat tubuhnya untuk mempertahankan suhu tubuh yang malam itu dirasanya nano-nano.  Antara dingin yang menusuk kulit dan panas disertai kepala pusing hingga membuat matanya jadi berair. Dan ujungnya, air mata pun membanjiri wajahnya yang sudah terlihat layu. Sambil menggosok-gosokan tangan Rena coba mengembalikan suhu tubuhnya kembali normal. Itu juga cara dia menghilangkan rasa dingin yang membuat seluruh tubuhnya terasa ngilu. Malam itu sudah cukup larut. Dia pun sempat dilema apakah akan meminta jemput atau memaksa diri untuk pulang sendiri mengendarai moto

Menanti Takdir Tuhan untuk Disa

Adam dan Disa. Hubungan keduanya masih terbilang baik. Tapi, entahlah. Akhir-akhir ini Disa lebih memilih untuk menjaga jarak dengan Adam. Bukan karena tak suka, tapi karena ia tak ingin terlarut dalam perasaan yang belum jelas ujungnya. Malam itu, sebuah pesan muncul di ponsel Disa. "Besok libur, kemana kita'? begitu isi pesannya. Adam mengajak Disa pergi lagi. Tapi kali ini, gadis itu menolak. Karena alasan terlalu sering bepergian tiap kali libur akhir pekan. Disa memang terbilang wanita aneh. Kadang, ia menyukai berada di tengah keramaian. Berkumpul dengan teman-teman kantornya sesekali. Tapi,ia pun menikmati waktu sendiri, meski hanya bersama laptop dan alunan musik. Disa menolak karena ingin bersama keluarganya. Ia merasa tak enak hati jika tiap libur, ia harus keluar rumah. Lalu kapan waktu untuk ayah, ibu dan saudaranya. Begitu isi pikiran Disa saat mendapat ajakan Adam. Beruntung, Adam cukup pengertian. Keduanya pun gagal bertemu.  Dalam hati Disa,