Langsung ke konten utama

Raja di Negeri Antah Berantah


Di sebuah negeri antah berantah. Tinggalah seorang raja dan permaisurinya. Lengkap pula dengan jajaran para bentara yang membantu sang baginda mengurus negerinya. Dulunya sang baginda raja bukanlah siapa-siapa. Dia lebih banyak melanglang buana di negeri orang, untuk memperdalam ilmu. Sementara, di negerinya sendiri, ia tak banyak dikenal.

Namun, sang raja begitu pintar nan cerdik. Setelah selesai menggali ilmu, dia kembali ke tanah kelahirannya. Raja yang dikenal tampan itu pun memanfaatkan ilmunya untuk membangun negeri.. Sang raja menyadari saat itu dirinya tak mampu bergerak sendiri. Dia meminta para pengawalnya mencari bala bantuan.


Saat itu, muncul lah seorang pendekar yang memiliki pedang sakti. Tak hanya pandai menukik lawan, lewat jurus penanya. Pendekar itu pun pandai membuat puisi dan syair yang menghanyutkan perasaan seseorang.

Sang raja lalu memanggil pendekar itu. Dia meminta agar si pendekar yang masih muda itu membuatkan syair khusus. Raja ingin lewat syair itu dirinya bisa dikenal di pelosok negeri. Pendekar pun menyanggupi keinginan itu. Setelah menerima tawaran, sang pendekar  mendayagunakan seluruh kemampuannya menulis bait demi bait syair untuk sang raja.
Pendekar itu bertekad membuat raja senang. Meski tidak sedikit pendekar sakti lainnya di negeri itu yang mencemoohkannya.Banyak yang menyangsikan kebisaan pendekar mendobrak pintu baja. Pendekar muda, yang masih bau kencur itu sering dikecilkan.

Tapi sang pendekar tak gentar. Ia pun membuktikan kesungguhannya, mengantarkan sang raja menduduki tahtanya. Bait-bait puisi yang ditulisnya mampu merasuk ke jiwa kaum kromo hingga abdi dalam kerajaan. Dan, duduk lah raja muda di negri antah berantah dengan segala kekuasaannya.

Lalu bagaimana dengan sang pendekar?

Sang pendekar tetap menghasilkan karya puisinya di negeri itu. Meski kini ia tak lagi dianggap oleh sang raja. Raja kesal dengan bait-bait syair yang dituliskan pendekar. Meski di setiap baitnya tersimpan pesan bagi baginda raja agar selalu berhati-hati memimpin negeri.

Raja di Negeri Antah Berantah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Wabup, ‘Siapa Dapat Apa’

Polemik pengisian wakil bupati (wabup) Bogor terus saja bergulir. Tarik menarik kepentingan antara partai politik (parpol) pengusung Rachmat Yasin- Nurhayanti (RAYA) saat pemilihan kepala daerah (pilkada) 2013 membuat suhu politik di Kabupaten Bogor kian memanas. Masing-masing parpol berusaha mempertahankan jagoannya aga r bisa menjadi pendamping Nurhayanti. Segala cara dilakukan agar tujuannya tercapai, apalagi kalau bukan demi kekuasaan. Politik tidak pernah lepas dari kepentingan. Sebab, politik menyangkut ‘ siapa dapat apa’, seperti yang diungkapkan pakar politik Amerika serikat Harold D Lasswell.

Rio... Tolong Jemput Aku

Malam itu, tubuh Rena mendadak menggigil. Suhu tubuhnya lumayan tinggi, sementara posisinya masih di kantor. Beruntung, malam itu pekerjaannya sudah selesai. Tinggal menunggu finishing yang dilakukan rekannya. Sambil rebahan, Rena membaringkan tubuhnya di ruang pojok yang ada di kantor. Ruang itu memang biasa dipakai untuk segala rupa. Ada yang tidur, gosip, makan bareng, solat dan juga rapat setiap awal pekan. Rena melipat tubuhnya untuk mempertahankan suhu tubuh yang malam itu dirasanya nano-nano.  Antara dingin yang menusuk kulit dan panas disertai kepala pusing hingga membuat matanya jadi berair. Dan ujungnya, air mata pun membanjiri wajahnya yang sudah terlihat layu. Sambil menggosok-gosokan tangan Rena coba mengembalikan suhu tubuhnya kembali normal. Itu juga cara dia menghilangkan rasa dingin yang membuat seluruh tubuhnya terasa ngilu. Malam itu sudah cukup larut. Dia pun sempat dilema apakah akan meminta jemput atau memaksa diri untuk pulang sendiri mengendarai moto

Menanti Takdir Tuhan untuk Disa

Adam dan Disa. Hubungan keduanya masih terbilang baik. Tapi, entahlah. Akhir-akhir ini Disa lebih memilih untuk menjaga jarak dengan Adam. Bukan karena tak suka, tapi karena ia tak ingin terlarut dalam perasaan yang belum jelas ujungnya. Malam itu, sebuah pesan muncul di ponsel Disa. "Besok libur, kemana kita'? begitu isi pesannya. Adam mengajak Disa pergi lagi. Tapi kali ini, gadis itu menolak. Karena alasan terlalu sering bepergian tiap kali libur akhir pekan. Disa memang terbilang wanita aneh. Kadang, ia menyukai berada di tengah keramaian. Berkumpul dengan teman-teman kantornya sesekali. Tapi,ia pun menikmati waktu sendiri, meski hanya bersama laptop dan alunan musik. Disa menolak karena ingin bersama keluarganya. Ia merasa tak enak hati jika tiap libur, ia harus keluar rumah. Lalu kapan waktu untuk ayah, ibu dan saudaranya. Begitu isi pikiran Disa saat mendapat ajakan Adam. Beruntung, Adam cukup pengertian. Keduanya pun gagal bertemu.  Dalam hati Disa,