Langsung ke konten utama

Kehendak Mu


"Kamu itu enggak peka, susah didekati,"begitu celetuk seorang rekan kerja.

Ya, kata--kata itu masih terngiang di telinga Ari. Seorang wanita yang selama ini sibuk dengan pekerjaannya hingga tak pernah mempedulikan sekitar. Termasuk, memperhatikan sosok lelaki yang menyukainya.

Dalam pikirannya, semua lelaki itu sama saja. Mungkin karena pengalaman pahitnya, dia jadi tidak terlalu peduli dengan perasaan lelaki. Buat dia, rasa suka, tertarik seseorang pada dirinya adalah hak mereka sendiri. Bukan urusan Ari.

Terlalu egois memang kalau melihat cara berpikir Ari. Bahkan, ia tak segan menjaga jarak dengan lelaki yang coba mendekatinya. Mungkin orang yang baru mengenal Ari akan mecapnya 'sok jual mahal'. Tapi, Ari tidak pernah mempedulikannya. Karena dia terlalu asik dengan dunianya sendiri.

Apalagi kalau bukan dunia kerjanya yang membuat energinya terkuras dari pagi hingga bertemu malam hari.

Ari terbilang tertutup untuk urusan cinta. Apalagi sejak ia ditinggal menikah oleh kakak tingkatnya yang janji akan menemuinya. Padahal, saat itu Ari baru belajar membuka diri, setelah pernah merasakan patah hati.

Ibu dan kakaknya tampak semangat mendorong Ari untuk mau mengenal mas Bagas. Ya, kakak tingkat yang saat kuliah sudah pernah dekat. Tapi, hanya sebatas hubungan senior dan juniornya.

Tapi selepas kuliah, mas Bagas justru kembali. Meski sempat ragu, Ari coba memenuhi keinginan ibunya. Yakni, belajar untuk mengenal seseorang. Kebetulan waktu itu mas Bagas juga cukup intens menjalin komunikasi dengan Ari. Bahkan, dia juga mengatakan akan datang ke rumah Ari begitu tugas dinasnya selesai.

Tapi janji tinggal janji. Sosoknya tidak pernah muncul di depan rumah Ari. Apalagi untuk bertemu ayah ibu Ari. Bahkan, mas Bagas hilang tak ada kabar dalam beberapa bulan terakhir. Sampai akhirnya, tepat di hari ulang tahun Ari  sebuah pesan datang darinya.

Ari sempat kaget  saat melihat namanya muncul di layar ponsel. Dan betul saja. Di hari spesialnya itu, Ari mendapatkan kabar kalau dia akan menikah, Dua hari setelah hari ulang tahunnya, mas Bagas akan menikahi wanita lain.

Saat itu mas Bagas sempat mengatakan, kalau mulanya dia berpikir bahwa Ari-lah sosok yang menjadi istrinya. Tapi, Allah berkehendak lain.

Ari tak menggubris perkataan mas Bagas. Dengan nafas panjang, Ari mengucapkan selamat untuk rencana pernikahannya. Ia juga mendoakan agar mas Bagas dan istriya dapat menjadi keluarga sakina, mawaddah dan warahmah.

Setelah obrolan dengan mas Bagas selesai, seketika air matanya tumpah membanjiri wajahnya. Perasaannya bercampur aduk, antara bahagia sedih dan terharu. Bahagia karena Allah sudah memberikan jawaban atas semua doanya.

Doa dalam penantian Ari yang minta dipilihkan jodoh terbaik. Kalau betul mas Bagas maka dekatkan, kalau tidak maka kuatkan hatinya untuk mengikhlasnya mas Bagas dengan perempuan lain.

Ari juga terharu, karena doa itu dijawab tepat di hari ulang tahunnya. Dan sedih, karena ia telah salah lagi membuka hati untuk seseorang.

Sejak saat itu, Ari coba menerima semuanya. Ari semakin memfokuskan pikirannya pada pekerjaan. Hingga, tak ada yang dipikirkan kecuali kerja,kerja dan kerja. Ari juga tidak mempedulikan ketika ada sosok lelaki lain yang coba mendekatinya. Bahkan, di hari yang sama, lelaki itu juga memberikan hadiah untuknya.

Sebuah busana dengan warna kesukaannya. Tapi lelaki itu tidak pernah berani muncul di hadapan Ari. Dan, sikap Ari juga terbilang super cuek dengan lelaki itu.  Ari hanya menganggap dia sebatas teman, karena perkenalan mereka pun baru setahun.

Masih di bulan yang sama, Ari juga mendapatkan kado mungil dari seseorang yang pernah mengungkapkan perasaannya. Bahkan, lelaki itu juga kerap muncul tiap kali Ari membutuhkan pertolongan.

Ari memanggilnya Ama. Sebenarnya keduanya sudah saling kenal lama. Hanya saja, Ari sengaja menjaga jarak dengan lelaki itu. Karena, ia tahu kalau Ama punya perasaan lebih dari sekedar teman.

Namun siapa yang menyangka, kalau lelaki yang pernah ditolaknya justru Allah ridhoi untuk bertemu dengan kedua ayah ibu Ari. Karena Kehendak Mu,  Ama datang dan menyatakan perasaannya itu pada orang tua dari wanita yang sudah dinantinya hampir dua tahun.

-bersambung-



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Wabup, ‘Siapa Dapat Apa’

Polemik pengisian wakil bupati (wabup) Bogor terus saja bergulir. Tarik menarik kepentingan antara partai politik (parpol) pengusung Rachmat Yasin- Nurhayanti (RAYA) saat pemilihan kepala daerah (pilkada) 2013 membuat suhu politik di Kabupaten Bogor kian memanas. Masing-masing parpol berusaha mempertahankan jagoannya aga r bisa menjadi pendamping Nurhayanti. Segala cara dilakukan agar tujuannya tercapai, apalagi kalau bukan demi kekuasaan. Politik tidak pernah lepas dari kepentingan. Sebab, politik menyangkut ‘ siapa dapat apa’, seperti yang diungkapkan pakar politik Amerika serikat Harold D Lasswell.

Rio... Tolong Jemput Aku

Malam itu, tubuh Rena mendadak menggigil. Suhu tubuhnya lumayan tinggi, sementara posisinya masih di kantor. Beruntung, malam itu pekerjaannya sudah selesai. Tinggal menunggu finishing yang dilakukan rekannya. Sambil rebahan, Rena membaringkan tubuhnya di ruang pojok yang ada di kantor. Ruang itu memang biasa dipakai untuk segala rupa. Ada yang tidur, gosip, makan bareng, solat dan juga rapat setiap awal pekan. Rena melipat tubuhnya untuk mempertahankan suhu tubuh yang malam itu dirasanya nano-nano.  Antara dingin yang menusuk kulit dan panas disertai kepala pusing hingga membuat matanya jadi berair. Dan ujungnya, air mata pun membanjiri wajahnya yang sudah terlihat layu. Sambil menggosok-gosokan tangan Rena coba mengembalikan suhu tubuhnya kembali normal. Itu juga cara dia menghilangkan rasa dingin yang membuat seluruh tubuhnya terasa ngilu. Malam itu sudah cukup larut. Dia pun sempat dilema apakah akan meminta jemput atau memaksa diri untuk pulang sendiri mengendarai moto

Menanti Takdir Tuhan untuk Disa

Adam dan Disa. Hubungan keduanya masih terbilang baik. Tapi, entahlah. Akhir-akhir ini Disa lebih memilih untuk menjaga jarak dengan Adam. Bukan karena tak suka, tapi karena ia tak ingin terlarut dalam perasaan yang belum jelas ujungnya. Malam itu, sebuah pesan muncul di ponsel Disa. "Besok libur, kemana kita'? begitu isi pesannya. Adam mengajak Disa pergi lagi. Tapi kali ini, gadis itu menolak. Karena alasan terlalu sering bepergian tiap kali libur akhir pekan. Disa memang terbilang wanita aneh. Kadang, ia menyukai berada di tengah keramaian. Berkumpul dengan teman-teman kantornya sesekali. Tapi,ia pun menikmati waktu sendiri, meski hanya bersama laptop dan alunan musik. Disa menolak karena ingin bersama keluarganya. Ia merasa tak enak hati jika tiap libur, ia harus keluar rumah. Lalu kapan waktu untuk ayah, ibu dan saudaranya. Begitu isi pikiran Disa saat mendapat ajakan Adam. Beruntung, Adam cukup pengertian. Keduanya pun gagal bertemu.  Dalam hati Disa,