Langsung ke konten utama

Perasaan Disa Bercampur Aduk




"Dis, aku mau menikah". Pesan singkat itu muncul di layar HP Disa. Pagi itu, air mata Disa langsung tumpah ke wajahnya yang baru saja bangun tidur. 

Pesan singkat yang membuatnya hatinya hancur. Tepat di Hari ulang tahunnya, Disa mendapat kabar soal rencana pernikahan mas Pri. Lelaki yang sudah tiga bulan ini hilang kontak. Padahal sebelumnya, Mas Pri intens mendekati Disa, meski hanya lewat ponsel.

Bahkan mas Pri masih sempatnya mengutarakan soal perasaan sebelumnya pada Disa. 

Perasaan Disa bercampur aduk. Antara sedih, kecewa tapi juga bersyukur karena Allah sudah menunjukkan Jalan-NYA. Persis seperti doanya.

"Ya Allah, kalau mas Pri adalah jodohku mudahkan kami bersatu. Tapi kalau bukan, mudahkan aku mengikhlaskannya bersanding dengan wanita lain" itulah doa yang selalu Disa panjatkan di setiap sujud. 

Hari itu, walaupun menyakitkan tapi semua terjawab secara terang benderang. Mas Pri bukanlah jodoh Disa. Ada perasaan lega. Karena itu artinya Disa tak perlu lagi memikirkan Mas Pri yang sebelumnya tak ada kabar.

Ya, Mas Pri memang pernah bilang bahwa dia akan ke rumah. Ketika itu dia juga intens menjalin komunikasi dengan Disa. Menanyakan kabar hingga mengingatkan hal sepele sampa akhirnya Disa mencoba membuka sedikit ruang kosong untuknya masuk.

Namun, di saat Disa mulai untuk mau menerimanya, sosok Mas Pri justru hilang tanpa kabar. Dan kembali dengan kabar pernikahannya. 

Disa berusaha untuk tegar. Dia juga tak lupa mengucapkan selamat atas pernikahan mas Pri, meski sebenarnya hatinya menjerit. Ada rasa kecewa saat mendapat kabar itu.  Tapi, Disa harus menerima kenyataan pahit bahwa lelaki yang selama ini dia anggap bakal jadi suaminya ternyata bukan jodoh yang dipilihkan Allah SWT. 

"Alhamdulillah,"ucap Disa dalam hatinya.

Di hari yang sama, di kantor Disa, banyak kejutan datang. Rekan di kantornya merayakan hari ulang tahun Disa dengan cara unik, sederhana tapi bermakna. Disa mendapatkan banyak kado di hari itu. 

Ada dari rekannya di kantor, juga ada dari penggemar rahasia. Tapi yang istimewa, saat hati Disa terluka, Adam kembali hadir.

"Ngopi yuk, bentaran"tulis Adam di ponselnya.

Ya, sore itu Adam mengajak Disa ngopi di kafe yang tak jauh dari kantor. Di hari itu, Adam mengucapkan selamat sekaligus memberikan kado mungil untuk Disa.

Pertemuan Disa dan Adam sore itu tak lama. Karena Disa harus kembali kerja.

Di meja kantornya, Disa membuka kado yang diterimanya dari Adam. Isinya sebuah parfum mungil dengan wangi mawar.  Disa menyukai wanginya. Sambil bekerja, Disa pun tak sadar senyum senyum sendiri. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Wabup, ‘Siapa Dapat Apa’

Polemik pengisian wakil bupati (wabup) Bogor terus saja bergulir. Tarik menarik kepentingan antara partai politik (parpol) pengusung Rachmat Yasin- Nurhayanti (RAYA) saat pemilihan kepala daerah (pilkada) 2013 membuat suhu politik di Kabupaten Bogor kian memanas. Masing-masing parpol berusaha mempertahankan jagoannya aga r bisa menjadi pendamping Nurhayanti. Segala cara dilakukan agar tujuannya tercapai, apalagi kalau bukan demi kekuasaan. Politik tidak pernah lepas dari kepentingan. Sebab, politik menyangkut ‘ siapa dapat apa’, seperti yang diungkapkan pakar politik Amerika serikat Harold D Lasswell.

Rio... Tolong Jemput Aku

Malam itu, tubuh Rena mendadak menggigil. Suhu tubuhnya lumayan tinggi, sementara posisinya masih di kantor. Beruntung, malam itu pekerjaannya sudah selesai. Tinggal menunggu finishing yang dilakukan rekannya. Sambil rebahan, Rena membaringkan tubuhnya di ruang pojok yang ada di kantor. Ruang itu memang biasa dipakai untuk segala rupa. Ada yang tidur, gosip, makan bareng, solat dan juga rapat setiap awal pekan. Rena melipat tubuhnya untuk mempertahankan suhu tubuh yang malam itu dirasanya nano-nano.  Antara dingin yang menusuk kulit dan panas disertai kepala pusing hingga membuat matanya jadi berair. Dan ujungnya, air mata pun membanjiri wajahnya yang sudah terlihat layu. Sambil menggosok-gosokan tangan Rena coba mengembalikan suhu tubuhnya kembali normal. Itu juga cara dia menghilangkan rasa dingin yang membuat seluruh tubuhnya terasa ngilu. Malam itu sudah cukup larut. Dia pun sempat dilema apakah akan meminta jemput atau memaksa diri untuk pulang sendiri mengendarai moto

Menanti Takdir Tuhan untuk Disa

Adam dan Disa. Hubungan keduanya masih terbilang baik. Tapi, entahlah. Akhir-akhir ini Disa lebih memilih untuk menjaga jarak dengan Adam. Bukan karena tak suka, tapi karena ia tak ingin terlarut dalam perasaan yang belum jelas ujungnya. Malam itu, sebuah pesan muncul di ponsel Disa. "Besok libur, kemana kita'? begitu isi pesannya. Adam mengajak Disa pergi lagi. Tapi kali ini, gadis itu menolak. Karena alasan terlalu sering bepergian tiap kali libur akhir pekan. Disa memang terbilang wanita aneh. Kadang, ia menyukai berada di tengah keramaian. Berkumpul dengan teman-teman kantornya sesekali. Tapi,ia pun menikmati waktu sendiri, meski hanya bersama laptop dan alunan musik. Disa menolak karena ingin bersama keluarganya. Ia merasa tak enak hati jika tiap libur, ia harus keluar rumah. Lalu kapan waktu untuk ayah, ibu dan saudaranya. Begitu isi pikiran Disa saat mendapat ajakan Adam. Beruntung, Adam cukup pengertian. Keduanya pun gagal bertemu.  Dalam hati Disa,