Langsung ke konten utama

Plagiarisme sebagai Pelanggaran

Mengapa plagiarisme dipandang sebagai pelanggaran paling mendasar terhadap standar-standar jurnalisme?

Standar-standar Jurnalisme.
Seorang jurnalis tentunya memilki standar-standar jurnalisme yang dijunjung tinggi. Standar-standar Jurnalisme tersebut mencakup dua unsur yaitu Teknik-Etik. Seorang jurnalis dikatakan sesuai dengan standar jurnalisme jika memiliki kemampuan secara teknik dan etik. Pertama, Kemampuan secara teknik. seorang jurnalis harus menguasai keterampilan dalam melakukakan kegiatan jurnalistiknya. Dalam hal ini mencakup kegiatan mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, menyampaikan informasi. Kedua, secara etika. Seorang jurnalis harus menjunjung tinggi kode etik profesinya, yang biasa kita sebut sebagai kode etik jurnalistik. Kode etik tersebut merupakan sebuah sistem yang mengatur, mengarahkan seorang jurnalis dalam melakukan kegiatan jurnalistik. Dalam kode etik dijelaskan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh seoarng jurnalis. apa yang seharusnya dilakukan dan dihindrakan. Apa yang etis dan tidak etis. Semuanya dibahas dalalm kode etik Jurnalistik. Namun demikian, dalam prakteknya, tidak sedikit jurnalis yang memahami bahkan mengamalkan kode etik itu sendiri sebagai pedoman bekerja.

Plagiarisme
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, plagiarisme adalah penjiplakan yang melanggar hak cipta, yaitu hak seseorang atas hasil penemuannya yang dilindungi oleh undang-undang. menurut Seno Gumira Ajidarma Wartawan , (1) plagiarisme sebagai bentuk kebersalahan timbul dari mitos kesucian pengarang yang ditentukan oleh orisinalitasnya; (2) meski secara filosofis dominasi pengarang atas teks sudah terhapus, tidak berarti bahwa plagiarisme menjadi halal karena mengakui ketidakmungkinan untuk jadi asli tidaklah sama dengan pemberian izin untuk mengutip tanpa menyebutkan sumbernya; (3) plagiarisme sebagai masalah etis, meski moralitasnya merupakan tanggung jawab pelaku terhadap dirinya sendiri, layak diterjemahkan secara legal dan sosial, sejauh terdapat pihak yang karenanya mendapat kerugian dan ketidakadilan dalam segala bentuk; (4) setiap bentuk kebersalahan dalam konteks ini tentunya diandaikan dapat ditebus kembali.
http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/06/09/03263848/plagiarisme.dan.kepengarangan
Dalam buku Bahasa Indonesia: Sebuah Pengantar Penulisan Ilmiah, Felicia Utorodewo dkk. menggolongkan hal-hal berikut sebagai tindakan plagiarisme.[2]:
• Mengakui tulisan orang lain sebagai tulisan sendiri,
• Mengakui gagasan orang lain sebagai pemikiran sendiri
• Mengakui temuan orang lain sebagai kepunyaan sendiri
• Mengakui karya kelompok sebagai kepunyaan atau hasil sendiri,
• Menyajikan tulisan yang sama dalam kesempatan yang berbeda tanpa menyebutkan asal-usulnya
• Meringkas dan memparafrasekan (mengutip tak langsung) tanpa menyebutkan sumbernya, dan
• Meringkas dan memparafrasekan dengan menyebut sumbernya, tetapi rangkaian kalimat dan pilihan katanya masih terlalu sama dengan sumbernya.http://id.wikipedia.org/wiki/Plagiarisme

Kasus plagiarisme menjadi marak terjadi tidak hanya di lingkungan jurnalis tapi juga di setiap bidang profesi. Keeksisan plagiarisme semakin meningkat, bahkan seseorang terlihat bangga menggunakan milki orang lain.entah paham atau tidak dengan istilah plagiator, akan tetapi jumlah plagiator-plagiator snediri sudah semakin bertambah. Dan yang menjadi plagiat bukan hanay orang-orang yang berasal dari kelas social rendah bahkan kelas menengah keatas pun banyak yang melakukan hal tersebut.
Menurut The Elements of Journalism, sebuah buku oleh Bill Kovach dan Tom Rosenstiel, terdapat sembilan elemen jurnalistik:
1. Jurnalisme pertama adalah kewajiban untuk kebenaran.
Artinya seorang jurnalis memiliki tugas dan tanggungjawab untuk menyampaikan sebuah kebenaran fungsional yaitu kebenaran yang dicari terus-menerus oleh jurnalis dengan memisahkan fakta dengan kekeliruan informasi atau pembiasan baik yang disenagja ataupun tidak.
2. Awalnya adalah kesetiaan kepada warga
Dalam hal ini, seorang jurnlis harus mengutamakan kepentingan masyarakat akan informasi yang jujur dan adil. Jurnalis harus loyal terhadap masyarakat,jurnalis merupakan bagian dari pers, itu artinya jurnalis berperan dalam menegakkan demokrasi suatu negara. Ingat makna demokrasi adalah dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Jadi semua informasi yang diberikan semata-mata untuk kepentingan masyarakat.
3. Inti nya adalah disiplin verifikasi.
Dalam menjalankan kegiatan jurnalistik, seorang jurnalis harus bisa memisahkan jurnalisme dengan propaganda, hiburan atau infotainment.disini jurnalis dituntut untuk melakuakn check & recheck. Ada 5 prinsip dalam verivikasi menurut Bill Kovach:
• Jangan menambah atau menagrang apa pun dalam isi media
• Jangan menipu atau menyesatkan khalayak
• Jurnalis harus bersikap transparan dan sejujur mungkin tentang metode dan motivasi dalam repotase.
• Jurnalis harus bersandar pada repotase sendiri
• Jurnalis bersikap rendah hati dengan mencoba memahami peristiwa tersebut sesuai dengan yang terjadi terhadap nara sumber atau peristiwa yang diberitakan
4. Para praktisi harus menjaga independensi dari yang mereka cover.
Dalam hal ini, seorang jurnalis memiliki kemandirian tehadap apa yang diliputnya. Sebuah kegiatan jurnalistik tidak dapat menjadi konsultan tersembunyi dibelakang layar atau mendapatkan uang dari orang-orang yang diliput. Sehingga seorang jurnalsi sebisa mungkin menunjukkan dedikasi terhadap veriviaksi dan kepentingan public.
5. Harus melayani sebagai independen memonitor kekuasaan.
Seorang jurnalis harus mampu melaporkan berbagai pelanggran kasus/kejahatan yang dilakukan oleh piihak-pihak tertentu termasuk hal-hal yang ada hubungannya dengan instansi pemerintahan.
6. Harus menyediakan forum publik untuk kritik dan kompromi
Artinya bahwa jurnalisme sebagai forum bagi kritik dan kesepakatan public, diaman hal ini merupakan upaya media menyediakan ruang kritik dan opini bagi public.
7. Ia harus berusaha keras untuk membuat cukup menarik, dan relevan.
Kata menarik berarti informasi yang disampaikan jurnalis itu adalah informasi yang memang dibutuhkan oelh masyarakat. Sehingga masyarakat memiliki keinginan untuk mendapatkan informasi tersebut.
8. Harus menjaga berita komprehensif dan proporsional.
Mutu jurnalsi akan bergantung pada kelengkapan serta proporsionalitas pemebritaan yang diberitakan media.seorang jurnalis dituntut untuk membuat masyarakat kaya informasi.
9. Para praktisi harus diperbolehkan untuk melaksanakan hati nurani mereka pribadi.
Seorang jurnalis memiliki kebebasan untuk mengikuti kata hatinya dalam menulis sebuah berita.
Dari Sembilan elemen tersebut profesi seorang jurnalis selalu didekatkan dengan kejujuran. Jurnalis bukan sekedar “pelayan” berita. Jurnalis ibarat “koki” masakan dia mencari bahan-bahannya sendiri, dia memilah berita apa saja yang dibutuhkan masyarakat. Jurnalis yang baik akan menhetahui setiap kejadian yang ada di balik berita yang ditulisnya itu. Jurnalis sebagai bagian dari Pers dituntut untuk berperan di dalamnya. Diakui bahwa pers adalah salah satu pilar tegaknya demokrasi. Seorang jurnalis tidak sekedar memindahkan pernyataan narasumber kedalam sebuah teks, jurnalis tidak sekedar menulis dan membekukan pernyataan orang lain, jurnalis tidak sekedar mengutip pernyataan orang lain. Lalu bagaimana jika jurnalis melakukan plagiarism?


Jelas melanggar etika profesi yang menjadi standar-standar jurnalisme. Keiser dalam (Suhrawardi Lubis, 1994: 6-7), etika profesi adalah sikap hidup berupa keadilan untuk memberikan pelayanan profesional terhadap masyarakat dengan ketertiban penuh dan keahlian sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan tugas berupa kewajiban terhadap masyarakat. Secara etika, kasus plagiarisme merupakan pelanggarn jurnalisme. Kasus plagiat merupakan salah satu tindakan kriminalisasi pers Melakukan plagiarisme sama halnya melakukan kebohongan publik.kasus “klonning” berita yang marak dilakukan oleh para jurnalis merupakan bagian dari kasus plagiarisme.

 Dalam praktek jurnalistik, pernah ditemukan dua surat kabar yang berbeda memuat sebuah berita yang isinya sama persis dengan nara sumber yang juga sama, akan tetapi nama nara sumber tersebut ditulis berbeda. Padahal gambarnya sama. kecurangan-kecurangan tersebut seringkali terjadi dalam dunia jurnalistik kita. Bahkan ada praktek “membeli” berita dari wartawan lain. Saat ini tidak sedikit jurnalis yang melakukan praktek tersebut. selain merugikan masyarakat terkait kebohongan public, tindakan plagiarisme juga merugikan jurnalis itu sendiri dan orang lain yang hak ciptanya diambil. Plagiarisme dianggap pelanggaran paling mendasar karena plagiarisme menyangkut pada keobjektivan sebuah informasi. Seorang jurnalis dituntut untuk menyampaikan informasi yang objektif berdasarkan fakta yang ada. Jika informasi yang diperoleh jurnalis merupakan hasil plagiat atau “mencuri” bukankah hal itu melanggar hal-hal yang seharusnya menjadi dasar.


. Dalam buku” Off the record” karya ada pernyataan Edward R. Murrow yang menyatakan:
Agar meyakinkan, kita harus dapat dipercaya,
agar dipercaya. Kita harus dapat diandalakan.
Agar diandalkan, kita harus jujur.
Begitu jugalah seorang jurnalis dalam menjalankan profesinya. Untuk bisa meyakinkan pembaca maka jurnalis harus jujur dalam menjalankan kegiatan jurnalistik. Mulai dari mencari sampai menyebarkankanya kepada khalayak. Dalam elemen verivikasi telah dijelaskan bahwa jurnalis harus bersikap transparan atas berita atau informasi yang dimuat. Itu berarti jurnalis dapat mempertanggungjawabkan informasi yang disampaikan kepada khalayak sewaktu-waktu ketika dimintai pertanggungjawabannya. oleh karena itu kemandirian dan kejujuran jurnalis seorang jurnalis dalam mendapatkan informasi penting.


Daftar Pustaka
http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/06/09/03263848/plagiarisme.dan.kepengarangan
http://id.wikipedia.org/wiki/Plagiarisme
timurangin.blogspot.com/2008/12/jurnalis-top-jurnalis-plagiat.html - 105k –
www.romeltea.com/?p=271 - 27k -$
Materi kuliah Dasar-dasar Jurnalistik oleh Adi Nugroho.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Wabup, ‘Siapa Dapat Apa’

Polemik pengisian wakil bupati (wabup) Bogor terus saja bergulir. Tarik menarik kepentingan antara partai politik (parpol) pengusung Rachmat Yasin- Nurhayanti (RAYA) saat pemilihan kepala daerah (pilkada) 2013 membuat suhu politik di Kabupaten Bogor kian memanas. Masing-masing parpol berusaha mempertahankan jagoannya aga r bisa menjadi pendamping Nurhayanti. Segala cara dilakukan agar tujuannya tercapai, apalagi kalau bukan demi kekuasaan. Politik tidak pernah lepas dari kepentingan. Sebab, politik menyangkut ‘ siapa dapat apa’, seperti yang diungkapkan pakar politik Amerika serikat Harold D Lasswell.

Rio... Tolong Jemput Aku

Malam itu, tubuh Rena mendadak menggigil. Suhu tubuhnya lumayan tinggi, sementara posisinya masih di kantor. Beruntung, malam itu pekerjaannya sudah selesai. Tinggal menunggu finishing yang dilakukan rekannya. Sambil rebahan, Rena membaringkan tubuhnya di ruang pojok yang ada di kantor. Ruang itu memang biasa dipakai untuk segala rupa. Ada yang tidur, gosip, makan bareng, solat dan juga rapat setiap awal pekan. Rena melipat tubuhnya untuk mempertahankan suhu tubuh yang malam itu dirasanya nano-nano.  Antara dingin yang menusuk kulit dan panas disertai kepala pusing hingga membuat matanya jadi berair. Dan ujungnya, air mata pun membanjiri wajahnya yang sudah terlihat layu. Sambil menggosok-gosokan tangan Rena coba mengembalikan suhu tubuhnya kembali normal. Itu juga cara dia menghilangkan rasa dingin yang membuat seluruh tubuhnya terasa ngilu. Malam itu sudah cukup larut. Dia pun sempat dilema apakah akan meminta jemput atau memaksa diri untuk pulang sendiri mengendarai moto

Menanti Takdir Tuhan untuk Disa

Adam dan Disa. Hubungan keduanya masih terbilang baik. Tapi, entahlah. Akhir-akhir ini Disa lebih memilih untuk menjaga jarak dengan Adam. Bukan karena tak suka, tapi karena ia tak ingin terlarut dalam perasaan yang belum jelas ujungnya. Malam itu, sebuah pesan muncul di ponsel Disa. "Besok libur, kemana kita'? begitu isi pesannya. Adam mengajak Disa pergi lagi. Tapi kali ini, gadis itu menolak. Karena alasan terlalu sering bepergian tiap kali libur akhir pekan. Disa memang terbilang wanita aneh. Kadang, ia menyukai berada di tengah keramaian. Berkumpul dengan teman-teman kantornya sesekali. Tapi,ia pun menikmati waktu sendiri, meski hanya bersama laptop dan alunan musik. Disa menolak karena ingin bersama keluarganya. Ia merasa tak enak hati jika tiap libur, ia harus keluar rumah. Lalu kapan waktu untuk ayah, ibu dan saudaranya. Begitu isi pikiran Disa saat mendapat ajakan Adam. Beruntung, Adam cukup pengertian. Keduanya pun gagal bertemu.  Dalam hati Disa,