Langsung ke konten utama

ke Gunung???

                Sebagian orang berpikir, apa sih enaknya naik gunung?itu kan bikin capek!”  naik gunung berarti jauh dari peradaban.
Emang gak salah kalo ada yang bilang seperti itu, karena saya pun awalnya demikian. Mendaki gunung tidak senikmat yang saya bayangkan. Susah, capek , whuahh..., pokoknya yang gak enak2 banyak deh. Eitzz... tunggu dulu, meski gak enak  tapi ada buanyaaak pelajaran yang bisa kamu dapatkan ketika kamu melakukan proses yang namanya mendaki.
Mendengar kata mendaki, pastinya pikiran kita tertuju pada perjalanan menuju puncak gunung. Semakin terus kita berjalan, perjalanan kita semakin naik dan pastinya semakin berat. Buat  saya pribadi disitulah rasa nikmatnya melakukan pendakian gunung. Apalagi jika berhasil sampai di puncak tertinggi. Wauuw.., rasanya sungguh nano-nano deh. Takjub melihat kebesaran ALLAH, puas karena berhasil melewati segala rintangan.
Saya bukan orang yang suka naik gunung, tapi saya cukup kagum dan bangga dengan mountaineers apalagi jika orang itu bisa memaknai apa yang ia dapat ketika mendaki dan mengaplikasikannya  dalam hidup. Wauuuwww....,, keren banget.

Saya berterima kasih sama temen-temen  di WAPEALA. Kenapa? Coz dari mereka saya diajarkan hidup. Jangan kamu kira hidup itu gampang dan mulus. Enggak! Hidup itu perlu perjuangan keras, dan gak pernah mulus. Sama kayak naik gunung. Butuh perjuangan buat sampai di puncak dan jalannya pun gak pernah datar. Kadang terjal, licin, curam,  pokoknya serem deh. Kalo gak hati-hati kita bisa terpleset dan ujung-    ujungnya mati.
Mendaki gunung kalo gak punya hati lima gak bakal deh tuh sampe ke puncak (terlalu lebay sih). Mendaki itu butuh kesabaran. 1. Sabar menghadapi  jalan yang nanjaknya naudzubillah. 2. Sabar dengan kondisi perbekalan yang secukupnya (gk bisa bar-ber-bar-ber kayak di rumah ato di kos). Mau makan aja ud dijatah per hari or setidaknya kita kudu hemat2, kl gak bs2 mati kelaperan di gunung.  3. Sabar dengan kondisi kita (bayangin aja tidur tanpa alas kasur, plus gak mandi pula) buat kamu yang anak mami, anak manja pasti dengerin cerita ini langsung ilfeel n menganggap orang yang melakukannya itu bodoh.

Ibu saya slalu ngasih wejangan “ semua orang kalo dikasih hidup senang, pasti bisa menjalaninya tapi TIDAK semua orang bisa ber empati or menjalani yang namanya hidup susah”. Hidup itu kayak roda. Kadang di atas kadang di bawah.  Pas dibawah ini lho kadang2 kita putus asa. Ngerasa gak berguna, ngerasa gak adil ujung2nya melakukan tindakan menyimpang. Gak usah disebutin lah contoh2nya. Kamu pasti tau perbuatan2 menyimpang itu apa aja. (kl gk tau jg  baca buku “pengantar ilmu sosial. Or tanya mas TL)
Kembali ke mendaki,
Gak sedikit orang yang menganggap naik gunung itu buang2 waktu, duit, pikiran n tenaga. Buat saya, emang iya sih kadang. Tapi gak ada salahnya kalo kamu nyoba sekali seumur hidup. Apalagi kalo kamu anak manja n taunya minta mulu ma orang tua, mendaki gunung bisa jadi tentor hidupmu. HELLO...., hidup kamu itu di tangan kamu. Hidup itu bukan di ibu or bapak mu.
Kamu bisa pake INI-ITU, itu tuCh diliat pake uang siapa? Pake uang mu-kah???? Syukur Alhamdulillah kalo iya. Kalo enggak, MALU-MALU! (Maaf terbawa suasana)

Mendaki gunung juga bisa ngajarin kita tentang arti persaudaraan. di gunung itu gak kayak di mall. banyak orang lalu-alang. Di gunung itu sepi Cuma ada kamu sama tim mu.(kl pun rame, tu orang diliat dulu bawahnya, kakinya napak tanah gak. Kl gak! Yah,, siap2 aja kencing berdiri). Yah, bersama tim itulah kita  jalanin hari-hari bersama. Tim-nya Kudu solid, kalo gak bakal terpecah. Satu pengen ke utara, satu pengen ke selatan. (duh, ke laut aje deh loe! Tapi kalo kamu bisa baca peta n tau teknik navigasi ya gpp kl mau jalan sendiri2). Kalo saya biasanya jadi follower. Mau leadernya kemana ikut aja kl nyasar paling Cuma diem sambil menahan rasa dongkol.(yang seperti ini jangan di ikuti ya. Jd poin plus kl kamu bisa baca peta kontur yang pusingnya tujuh keliling SENAYAN! Hehehe.)
Hmmm.., bersambung yak....





Komentar

  1. hayuuuKkkk..., ke gunung agung apa merbabu..(Lho...??)

    BalasHapus
  2. gaya bahasanya kamu banget!!!!
    Naik gunung. Kalo udah sekali nyoba, pasti ketagihan...
    percaya deh...

    BalasHapus
  3. iya git...
    tp kl aq, sekali sudah cukup
    hahaha
    thx y

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

SinetrON masa Kini...

Jika harus memilih sinetron saat ini yang memiliki nilai edukasi memang bukanlah perkara mudah. Karena, jika harus berkata jujur sinetron yang berkembang di Indonesia saat ini, hampir semuanya tidak mengandung nilai edukasi. menurut saya, nilai edukasi yang diberikan oleh media hanya tersirat sehingga yang terlihat lebih dominan nilai-nilai kekerasan disbanding nilai moral yang mendidik. Oleh karena itu, dalam hal ini memang sangat membutuhkan sikap kritis dari masyarakat yang menonton itu sendiri. Nilai edukasi yang ada di sinetron terkandung dalam setiap adegan yang diperankan oleh actor dan aktrisnya. kita tahu bahwa tidak semua penonton itu adalah khalayak aktif yang mampu menganalisiss isi dari sinetron. Sedangkan permasalahan yang ada adalah adegan yang sering dan menjadi ‘bulan-bulanan’ sinetron Indonesia  berkutat pada kekerasan, hedonism, dan seksualitas.  Ditambah pula, tidak adanya segmentasi khalayak atas sinetron yang ditayangkan. Sehingga batasan, mana yang...

PereMpuan itu HebaT

PEREMPUAN. Kata tersebut memiliki makna yang besar. Jika diperhatikan kata perempuan. terdiri dari satu kata yaitu empu, yang kemudian diberi awalan dan akhiran per- dan –an. Jika di eja satu persatu menjadi per- empu -an. Kata perempuan bisa diartikan sebagai yang di ‘empu’ kan. Mendengar kata “empu” persepsi kita pasti merujuk pada seseorang yang dihormati, dijunjung tinggi, bijaksana, lemah lembut, dan segala hal yang menunjuk pada sikap halus. Percaya atau tidak seorang perempuan memilki pengaruh yang besar bagi kehidupan di dunia ini. Seorang perempuan memilki kekuatan yang besar bahkan kekuatannya bisa melebihi seorang laki-laki. tanpa maksud untuk membandingkannya dengan kaum laki-laki namun itulah “real reality”. Bukti kekuatan perempuan bisa dilihat ketika mereka sedang mengandung dan melahirkan. Betapa kuatnya mereka, betapa beraninya mereka mempertaruhkan nyawanya demi sang anak. Walaupun demikian, keberadaan perempuan di tengah masyarakat seringkali dianggap lemah. ...