Langsung ke konten utama

Satu CINTA

Cinta.. Love... apapun itu namanya sepertinya menjadi hal yang sangat sensitif untuk dibicarakan. Apalgi bagi orang yang baru saja putus cinta (hayyoo.., ngaku!).
Tapi tenang aja, cinta yang satu ini gak bakal bikin hati tersakiti malah bisa bikin kita jadi tambah semangat untuk menjalani hidup.Bikin hidup kita jadi tambah tenang dan yang pasti lebih berkualitas. 

Buat yang baru saja putus, saya tau perasaan kamu seperti apa. Pasti rasanya sakit banget (Iya kan?), dada rasanya sesak, dan air mata pengennya netes mulu (bener apa bener? ). Apalagi kalo patah hatinya karena si doi mendua atau mungkin mentiga.. (what?! mentega kaliii... hehee). Sebenernya emang gak salah sih, kalo ada yang ngerasa kayak gitu. Itu indikasi bahwa perasaannya masih berfungsi baik. Eitss.., tunggu dulu. Saya bicara seperti itu, bukan berarti saya menyetujui orang-orang yang nangis berbulan-bulan karena masalah putus cinta ya (NO..NO..NO!!!)

Menurut saya, sesuatu yang sudah berlalu biarkan berlalu dan jadikan masa lalu sebagai bahan untuk kita introspeksi diri. Kita hidup saat ini dan untuk masa depan mas, mba, om, tante. So, tidak ada gunanya meratapi hal yang sudah berlalu. Kalo sudah putus, yasudah. selesai urusan. Saatnya untuk mencari yang baru (lhoh?!). Maksud saya mencari sesuatu yang lebih bermanfaat dan bikin hidup kita lebih berkualitas. 

Kalo orang bilang patah hati itu sulit terobati. tapi buat saya justru patah hati adalah luka yang paling gampang untuk diobatin. kenapa? karena obatnya cukup dengan membaca Al-Qur'an dan memahami isinya. di jamin, kita jadi ketagihan dan rasa sakitnya pun jadi hilang. Apalagi kalo ayat yang dibaca tentang kematian dan kehidupan setelah mati, pasti kita langsung lupa tuh sama doi. Intinya kita harus sering-sering mendekatkan diri sama Sang Pemiliki Hati, terutama shalat 5 waktu. syukur-syukur kalo bisa rutin shaat sunnah lainnya. dijamin bakal cepet banget banget sembuhnya.  Ini beneran lhoo.. (serius..). 

Mungkin kesannya saya sok islami ya, tapi ini kenyataannya lho. Cobain deh.Buat yang agamanya non-islam juga sama aja. mendekatkan diri sama Tuhannya. Coba berdiam diri di gereja sambil berdoa. Istilahnya curhat lah semua perasaan yang ada di hati. InsyaAllah nanti hati jadi adem sendiri.  Daripada ketika putus, kita curhat sama temen (waduh.., ini bisa berbahaya). kenapa? kok bahaya sih kakak?

jadi begini...,
Menurut saya, curhat dengan orang lain apalagi temen bisa membuat kita terjebak sama yang namanya ghibah, atau membicarakan keburukan orang lain (nah lhoo.. ), kenapa? karena kita curhat sama sesama manusia.Manusia itu adalah makhluk yang lemah. without God, we are nothing. Maksud saya, Allah itu kan Maha Membolak Balik-kan hati manusia. Jadi kalo kita curhat sama Allah, udah pasti kita dapet jawaban yang terbaik gak cuma untuk urusan dunia tapi juga akhirat. kalo temen, kadang hanya memperkeruh suasana hati. kadang bisa bikin kita jadi tambah benci sama doi (red: mantan) atau justru semakin tidak bisa melepaskannya. Ujung-ujungnya memang bisa menimbulkan penyakit hati.

Jadi buat kamu yang putus cinta, gak usah khawatir. Carilah Cinta-NYA. InsyaALLAH, suatu hari nanti kita dipertemukan dengan cinta yang sesungguhnya. Amin.

Perjalanan kita masih panjang sodara.., 
tidak hanya sebatas kehidupan di dunia.. 
tapi juga akhirat.., kehidupan yang akan kekal abadi..

Hidup itu terus berjalan.,
bahkan ketika jiwa ini terpisah dari raga pun..
kita masih harus menempuh perjalanan
sampai tiba waktunya sangkakala ditiup dan segala amalan dipertanggungjawabkan.
Jadi mari kita pergunakan setiap nafas yang tersisa ini untuk mengumpulkan bekal perjalanan di akhirat.


Putus dengannya BUKAN BERATI PUTUS DENGAN DIA yang TELAH MENCIPTAKAN diri yang lemah ini.

:)




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Wabup, ‘Siapa Dapat Apa’

Polemik pengisian wakil bupati (wabup) Bogor terus saja bergulir. Tarik menarik kepentingan antara partai politik (parpol) pengusung Rachmat Yasin- Nurhayanti (RAYA) saat pemilihan kepala daerah (pilkada) 2013 membuat suhu politik di Kabupaten Bogor kian memanas. Masing-masing parpol berusaha mempertahankan jagoannya aga r bisa menjadi pendamping Nurhayanti. Segala cara dilakukan agar tujuannya tercapai, apalagi kalau bukan demi kekuasaan. Politik tidak pernah lepas dari kepentingan. Sebab, politik menyangkut ‘ siapa dapat apa’, seperti yang diungkapkan pakar politik Amerika serikat Harold D Lasswell.

Rio... Tolong Jemput Aku

Malam itu, tubuh Rena mendadak menggigil. Suhu tubuhnya lumayan tinggi, sementara posisinya masih di kantor. Beruntung, malam itu pekerjaannya sudah selesai. Tinggal menunggu finishing yang dilakukan rekannya. Sambil rebahan, Rena membaringkan tubuhnya di ruang pojok yang ada di kantor. Ruang itu memang biasa dipakai untuk segala rupa. Ada yang tidur, gosip, makan bareng, solat dan juga rapat setiap awal pekan. Rena melipat tubuhnya untuk mempertahankan suhu tubuh yang malam itu dirasanya nano-nano.  Antara dingin yang menusuk kulit dan panas disertai kepala pusing hingga membuat matanya jadi berair. Dan ujungnya, air mata pun membanjiri wajahnya yang sudah terlihat layu. Sambil menggosok-gosokan tangan Rena coba mengembalikan suhu tubuhnya kembali normal. Itu juga cara dia menghilangkan rasa dingin yang membuat seluruh tubuhnya terasa ngilu. Malam itu sudah cukup larut. Dia pun sempat dilema apakah akan meminta jemput atau memaksa diri untuk pulang sendiri mengendarai moto

Menanti Takdir Tuhan untuk Disa

Adam dan Disa. Hubungan keduanya masih terbilang baik. Tapi, entahlah. Akhir-akhir ini Disa lebih memilih untuk menjaga jarak dengan Adam. Bukan karena tak suka, tapi karena ia tak ingin terlarut dalam perasaan yang belum jelas ujungnya. Malam itu, sebuah pesan muncul di ponsel Disa. "Besok libur, kemana kita'? begitu isi pesannya. Adam mengajak Disa pergi lagi. Tapi kali ini, gadis itu menolak. Karena alasan terlalu sering bepergian tiap kali libur akhir pekan. Disa memang terbilang wanita aneh. Kadang, ia menyukai berada di tengah keramaian. Berkumpul dengan teman-teman kantornya sesekali. Tapi,ia pun menikmati waktu sendiri, meski hanya bersama laptop dan alunan musik. Disa menolak karena ingin bersama keluarganya. Ia merasa tak enak hati jika tiap libur, ia harus keluar rumah. Lalu kapan waktu untuk ayah, ibu dan saudaranya. Begitu isi pikiran Disa saat mendapat ajakan Adam. Beruntung, Adam cukup pengertian. Keduanya pun gagal bertemu.  Dalam hati Disa,