Langsung ke konten utama

'Headline-nya apa?'

Setiap hari, kalimat itu selalu membayangi hari-hari saya. Apalagi sejak memegang halaman utama. Hampir setahun, saya dipercaya memegang halaman muka koran. Rasanya? Ah luar biasa. Beruntung saya punya memiliki pemimpin yang baik hati. Meskipun orangnya keras, tapi beliau selalu memberikan saya solusi dan mentransferkan pemikirannya yang luar biasa hingga mau tak mau diri ini mengikuti.

Dari beliau juga saya belajar, bagaimana menentukan headline, membuat judul berita. Meski tidak selalu benar dan tepat, Tapi setidaknya Allah mengirimkan beliau untuk mengajari saya banyak hal. Judul itu menjadi kekuatan. Dan untuk mendapatkannya tentu tidak mudah.

Kebanyakan waktu habis untuk menentukan judul dan lead (kepala berita,red). Karena, dua itu yang jadi kekuatan apakah koran ini mau dibaca atau tidak. Dan harus diakui, ketika dua hal itu sudah didapat, maka sangat mudah untuk kembali melanjutkan tulisan hingga ke bagian tubuh dan akhir berita.

Tapi tentu saja, untuk mendapatkannya seorang redaktur harus betul-betul mengorek informasi utuh dari waratawan. Hingga tak jarang adu perdebatan pun terjadi. Perkara debat bukan soal siapa yang menang dengan argumen, tapi untuk memastikan apakah informasi yang disajikan ke pembaca adalah benar benar benar.

Dan dari proses debat ini pula terkadang muncul informasi yang tercecer namun punya nilai kuat untuk menjadi angel berita dan menarik dibuat judul. Bagi wartawan yang tidak paham tugasnya, tentu malas untuk meladeni pertanyaan redaktur. Ada yang menganggapnya cerewat atau banyak mau.Padahal, semua itu tak lepas dari proses cek and re-check informasi sebelum disampaikan ke masyarakat.

Bukankah setiap pekerjaan akan dimintai pertanggungjawabannya. Dan saya bersyukur bisa menjalani dan melewati setiap malamnya. Dan, yang paling saya syukuri karena Allah selalu ada membimbing saya dalam setiap huruf yang saya ketikan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Wabup, ‘Siapa Dapat Apa’

Polemik pengisian wakil bupati (wabup) Bogor terus saja bergulir. Tarik menarik kepentingan antara partai politik (parpol) pengusung Rachmat Yasin- Nurhayanti (RAYA) saat pemilihan kepala daerah (pilkada) 2013 membuat suhu politik di Kabupaten Bogor kian memanas. Masing-masing parpol berusaha mempertahankan jagoannya aga r bisa menjadi pendamping Nurhayanti. Segala cara dilakukan agar tujuannya tercapai, apalagi kalau bukan demi kekuasaan. Politik tidak pernah lepas dari kepentingan. Sebab, politik menyangkut ‘ siapa dapat apa’, seperti yang diungkapkan pakar politik Amerika serikat Harold D Lasswell.

Rio... Tolong Jemput Aku

Malam itu, tubuh Rena mendadak menggigil. Suhu tubuhnya lumayan tinggi, sementara posisinya masih di kantor. Beruntung, malam itu pekerjaannya sudah selesai. Tinggal menunggu finishing yang dilakukan rekannya. Sambil rebahan, Rena membaringkan tubuhnya di ruang pojok yang ada di kantor. Ruang itu memang biasa dipakai untuk segala rupa. Ada yang tidur, gosip, makan bareng, solat dan juga rapat setiap awal pekan. Rena melipat tubuhnya untuk mempertahankan suhu tubuh yang malam itu dirasanya nano-nano.  Antara dingin yang menusuk kulit dan panas disertai kepala pusing hingga membuat matanya jadi berair. Dan ujungnya, air mata pun membanjiri wajahnya yang sudah terlihat layu. Sambil menggosok-gosokan tangan Rena coba mengembalikan suhu tubuhnya kembali normal. Itu juga cara dia menghilangkan rasa dingin yang membuat seluruh tubuhnya terasa ngilu. Malam itu sudah cukup larut. Dia pun sempat dilema apakah akan meminta jemput atau memaksa diri untuk pulang sendiri mengendarai moto

Menanti Takdir Tuhan untuk Disa

Adam dan Disa. Hubungan keduanya masih terbilang baik. Tapi, entahlah. Akhir-akhir ini Disa lebih memilih untuk menjaga jarak dengan Adam. Bukan karena tak suka, tapi karena ia tak ingin terlarut dalam perasaan yang belum jelas ujungnya. Malam itu, sebuah pesan muncul di ponsel Disa. "Besok libur, kemana kita'? begitu isi pesannya. Adam mengajak Disa pergi lagi. Tapi kali ini, gadis itu menolak. Karena alasan terlalu sering bepergian tiap kali libur akhir pekan. Disa memang terbilang wanita aneh. Kadang, ia menyukai berada di tengah keramaian. Berkumpul dengan teman-teman kantornya sesekali. Tapi,ia pun menikmati waktu sendiri, meski hanya bersama laptop dan alunan musik. Disa menolak karena ingin bersama keluarganya. Ia merasa tak enak hati jika tiap libur, ia harus keluar rumah. Lalu kapan waktu untuk ayah, ibu dan saudaranya. Begitu isi pikiran Disa saat mendapat ajakan Adam. Beruntung, Adam cukup pengertian. Keduanya pun gagal bertemu.  Dalam hati Disa,