Langsung ke konten utama

Menunggu 100 Persen


Meja kerja Disa masih penuh dengan tumpukan buku. Banyak yang harus diselesaikannya sebagai seorang konsultan. Pagi itu, ia berangkat menggunakan transportasi umum. Karena, mobilnya sedang diperbaiki. 

Disa orang yang simple. Ibarat tak ada rotan, akar pun jadi. Disa tak masalah harus berdesak-desakan bersama penumpang lainnya di bus kota yang begitu sesak. Tiba jam pulan kantor, sebuah pesan pun muncul. Lagi-lagi nama Adam yang muncul di layar ponselnya.

"Kamu mau pulang jam berapa? Nanti aku jemput ya,"begitu pesan yang dikirimkan Adam lewat pesan singkat. 

Sambil menyelesaikan pekerjaannya, Disa hanya melihat isi pesannya, sambil pikirannya berputar-putar. Disa tak biasa merepotkan orang lain. Bahkan, ia lebih suka membayar orang untuk menjemputnya, tanpa harus membebani orang lain. 

Disa sempat menahan jawabannya.Meski ujungnya, ia pun berusaha menolak.

"Aku dijemput ayah. Kamu enggak perlu repot menjemput,"jawab Disa. 

"Kasihan ayahmu, biarka istirahat di rumah. Aku justru senang bisa menjemputmu,"jawabnya kilat. 

Tak mau merepotkan Adam terus-terusan, Disa lalu mengirimkan pesan.

"Kalau aku nolak dijemput, boleh?" tanya Disa

Lama pesan itu tak dijawab. Hingga Adam pun mengirimkan pernyataan yang sontak membuat Disa terdiam.

"Gimana aku bisa membuktikan keseriusan aku sama kamu, kalau mau mengantar saja sampai ditolak,"begitu jawab Adam. 

Pikiran Disa sore itu terbagi. Antara menyelesaikan laporan pekerjaan dan memikirkan Adam yang entah mengapa semakin hari membuat hatinya makin luluh. Setelah lama berpikir, Disa pun mengamini keinginan Adam untuk menjemputnya. 

"Iya, iya aku mau dijemput,"

Sore itu, Disa akhirnya pulang bersama Adam. Lelaki yang selama ini selalu baik tapi tak pernah dilirik Disa. Tapi belakangan ini, hubungan keduanya makin dekat. Apalagi setelah Adam mengutarakan perasaannya secara langsung pada Disa.

"Menunggu mu sampai 100 persen,"begitu katanya saat pertemuan sebelumnya. 

Disa meminta Adam agar memberi waktu sekitar 1,5 bulan untuk menjawab apakah dia akan menerima sosok Adam sebagai imamnya. Atau, melepasnya karena Allah. 

"Cinta yang terjaga akan dijaga Allah. Kalau kita berjodoh, insyaallah ketemu di pelaminan. Kalau pun tidak, insyaallah aku dan kamu akan mendapatkan pasangan yang lebih baik,"itulah bunyi pesan yang pernah disampaikan Disa pada Adam. 

"Jika menunggu itu membosankan, apakah berpindah hati itu menyenangkan? Dan aku akan menunggu 100 persen,"kata Adam 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Wabup, ‘Siapa Dapat Apa’

Polemik pengisian wakil bupati (wabup) Bogor terus saja bergulir. Tarik menarik kepentingan antara partai politik (parpol) pengusung Rachmat Yasin- Nurhayanti (RAYA) saat pemilihan kepala daerah (pilkada) 2013 membuat suhu politik di Kabupaten Bogor kian memanas. Masing-masing parpol berusaha mempertahankan jagoannya aga r bisa menjadi pendamping Nurhayanti. Segala cara dilakukan agar tujuannya tercapai, apalagi kalau bukan demi kekuasaan. Politik tidak pernah lepas dari kepentingan. Sebab, politik menyangkut ‘ siapa dapat apa’, seperti yang diungkapkan pakar politik Amerika serikat Harold D Lasswell.

Rio... Tolong Jemput Aku

Malam itu, tubuh Rena mendadak menggigil. Suhu tubuhnya lumayan tinggi, sementara posisinya masih di kantor. Beruntung, malam itu pekerjaannya sudah selesai. Tinggal menunggu finishing yang dilakukan rekannya. Sambil rebahan, Rena membaringkan tubuhnya di ruang pojok yang ada di kantor. Ruang itu memang biasa dipakai untuk segala rupa. Ada yang tidur, gosip, makan bareng, solat dan juga rapat setiap awal pekan. Rena melipat tubuhnya untuk mempertahankan suhu tubuh yang malam itu dirasanya nano-nano.  Antara dingin yang menusuk kulit dan panas disertai kepala pusing hingga membuat matanya jadi berair. Dan ujungnya, air mata pun membanjiri wajahnya yang sudah terlihat layu. Sambil menggosok-gosokan tangan Rena coba mengembalikan suhu tubuhnya kembali normal. Itu juga cara dia menghilangkan rasa dingin yang membuat seluruh tubuhnya terasa ngilu. Malam itu sudah cukup larut. Dia pun sempat dilema apakah akan meminta jemput atau memaksa diri untuk pulang sendiri mengendarai moto

Menanti Takdir Tuhan untuk Disa

Adam dan Disa. Hubungan keduanya masih terbilang baik. Tapi, entahlah. Akhir-akhir ini Disa lebih memilih untuk menjaga jarak dengan Adam. Bukan karena tak suka, tapi karena ia tak ingin terlarut dalam perasaan yang belum jelas ujungnya. Malam itu, sebuah pesan muncul di ponsel Disa. "Besok libur, kemana kita'? begitu isi pesannya. Adam mengajak Disa pergi lagi. Tapi kali ini, gadis itu menolak. Karena alasan terlalu sering bepergian tiap kali libur akhir pekan. Disa memang terbilang wanita aneh. Kadang, ia menyukai berada di tengah keramaian. Berkumpul dengan teman-teman kantornya sesekali. Tapi,ia pun menikmati waktu sendiri, meski hanya bersama laptop dan alunan musik. Disa menolak karena ingin bersama keluarganya. Ia merasa tak enak hati jika tiap libur, ia harus keluar rumah. Lalu kapan waktu untuk ayah, ibu dan saudaranya. Begitu isi pikiran Disa saat mendapat ajakan Adam. Beruntung, Adam cukup pengertian. Keduanya pun gagal bertemu.  Dalam hati Disa,