Langsung ke konten utama

Dunia baru Disa # 2


Cinta Disa

Bicara masalah cinta, gadis berparas manis ini memang tidak pernah mengambil pusing untuk urusan percintaan. Jauh dalam lubuk hatinya, Disa masih menyimpan perasaannya pada Kris, lelaki yang tidak lain adalah teman sekelasnya kala SMA. Sesekali bayangan Kris muncul dalam pikirannya, mengusik hatinya. Dan jika telah demikian, Disa hanya mampu mencurahkannya pada buku diary-nya. Disa memang terbilang sulit jatuh cinta, apalagi untuk membuka hatinya. Selama ini kesukaannya pada seseorang masih sebatas pada rasa kagum dengan karakter ataupun keahlian yang dimiliki. Namun berbeda halnya dengan Kris, namanya terus terukir dalam hatinya. Disa percaya, jika Kris adalah orang yang baik untuk dirinya, suatu hari ia akan berjumpa kembali dengannya.

Hal itulah yang membuat Disa seolah menutup hatinya pada lelaki lain. Ia terkesan tidak peduli dengan lelaki yang memberikannya perhatian. Bagi Disa, perhatian tersebut cukup sebatas perhatian seorang teman. Disa memang tidak begitu peka untuk urusan perasaan. Tidak jarang lelaki yang mendekatinya pun terpaksa harus mundur secara perlahan. Namun sayangnya, Disa tidak pernah menyadari hal itu. Disa terlalu sibuk dengan urusannya hingga tidak sempat untuk memikirkan orang lain, apalagi memikirkan masalah perasaan cinta. Bagi Disa, cintanya hanya untuk Allah, keluarga dan seseorang di seberang sana.

Waktu yang terus berjalan membuat Disa semakin menikmati hari-harinya di kota Jogja. Ia pun tidak menyangka jika waktu begitu cepat.  Tiga tahun sudah Disa melewati hari-hari sebagai mahasiswi di kota pelajar. Tanpa disangka, sebuah kejutan spesial datang mewarnai hari-hari Disa.  Harapan Disa untuk dipertemukan kembali dengan Kris pun terjawab. Suatu hari Kris menghubunginya melalui salah satu media sosial yang santer digunakan. Ia mengatakan bahwa dirinya berkesempatan magang di daerah Jogja. Perasaan Disa pun mendadak tidak karuan. Ia kaget sekaligus bahagia karena bisa dipertemukan kembali oleh orang yang selama ini ia suka. 


Namun Disa tidak ingin larut dalam perasaannya. Disa mencoba untuk menghapus perasaannya pada Kris. Disa hanya menganggap Kris tidak lebih dari sekedar teman, dan pertemuan mereka di Jogja adalah sebuah kebetulan. Disa berusaha menyingkirkan perasaan sukanya pada Kris. Meski demikian, Kris begitu berbeda. Dia begitu perhatian pada Disa. Bahkan ketika Disa sakit, Kris dan teman-temannya mengunjungi Disa di rumah kos.  Disa yang saat itu tengah merasa sendiri menjadi terharu. Ia tidak pernah menyangka jika Kris ada disampingnya ketika sakit. 

Hubungan Disa pun semakin dekat dengan Kris dan juga kedua temannya. Hampir setiap malam Disa selalu menghabiskan waktu bersama mereka. Pernah suatu hari Kris mengajaknya makan malam berdua. Disa pun kaget, ia tidak mengerti dengan sikap Kris padanya. Perasaan bingung pun menyelimuti pikiran Disa. Dalam benaknya, moment itu sangatlah dinantikan olehnya dari dulu. Namun  Disa sadar bahwa kedekatannya dengan Kris hanya karena Disa satu-satunya teman Kris  yang mengerti seluk-beluk kota Jogja. Disa pun menepis perasaannya dan kembali menegaskan pada dirinya sendiri untuk tidak larut dalam perasaan. Disa pun akhirnya memberi pengertian pada Kris, bahwa dirinya masih sibuk mengerjakan pekerjaan kantor, tempat di mana Disa sedang menjalani proses magang. Disa tidak bisa menjanjikan untuk makan malam bersama Kris, namun ia akan mengusahakan jika waktunya sempat.

Di kantor-nya pikiran Disa melayang pada bayangan Kris. Di satu sisi ia ingin sekali memanfaatkan kesempatan untuk jalan berdua dengan Kris, Namun di sisi lain ia pun ragu. Ia takut jika akhirnya Disa benar-benar jatuh cinta pada Kris, padahal selama ini Disa berusaha menyembunyikan perasaannya dan memendamnya. Selesai urusan kantor, Disa pun segera meninggalkan kantor. Sebelumnya ia menunaikan kewjibannya untuk solat magrib terlebih dahulu.  Butuh waktu satu jam bagi Disa untuk sampai kos-nya. Dan saat itu, waktu menunjukkan pukul setengah delapan malam. Disa pun akhirnya menghubungi Kris dan menanyakan kabarnya. Disa hanya takut jika Kris menunggunya.

Namun ternyata, apa yang dikhawatirkan Disa tidak terbukti. Karena Kris sudah berada di sebuah tempat makan bersama kedua temannya. Disa pun merasa lega, namun di sisi lain ada rasa kecewa dalam hatinya. Dan akhirnya ia menghapus kekecewaan itu dengan menyibukkan diri dalam tugas-tugas kantor dan organisasinya. Beruntung Disa memiliki banyak teman. Biasanya ia akan menghabiskan waktu bersama teman ataupun jalan-jalan sendiri untuk menenangkan dirinya. Dan cara itu terbilang ampuh untuk bisa membuatnya kembali tersenyum kembali dan melupakan masalahnya. Menulis pun merupakan salah satu caranya untuk meluapkan segala yang ia rasakan dan jika bebannya terlalu berat biasanya hanya pada Sang Pencipta lah ia kembali. 




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Wabup, ‘Siapa Dapat Apa’

Polemik pengisian wakil bupati (wabup) Bogor terus saja bergulir. Tarik menarik kepentingan antara partai politik (parpol) pengusung Rachmat Yasin- Nurhayanti (RAYA) saat pemilihan kepala daerah (pilkada) 2013 membuat suhu politik di Kabupaten Bogor kian memanas. Masing-masing parpol berusaha mempertahankan jagoannya aga r bisa menjadi pendamping Nurhayanti. Segala cara dilakukan agar tujuannya tercapai, apalagi kalau bukan demi kekuasaan. Politik tidak pernah lepas dari kepentingan. Sebab, politik menyangkut ‘ siapa dapat apa’, seperti yang diungkapkan pakar politik Amerika serikat Harold D Lasswell.

Rio... Tolong Jemput Aku

Malam itu, tubuh Rena mendadak menggigil. Suhu tubuhnya lumayan tinggi, sementara posisinya masih di kantor. Beruntung, malam itu pekerjaannya sudah selesai. Tinggal menunggu finishing yang dilakukan rekannya. Sambil rebahan, Rena membaringkan tubuhnya di ruang pojok yang ada di kantor. Ruang itu memang biasa dipakai untuk segala rupa. Ada yang tidur, gosip, makan bareng, solat dan juga rapat setiap awal pekan. Rena melipat tubuhnya untuk mempertahankan suhu tubuh yang malam itu dirasanya nano-nano.  Antara dingin yang menusuk kulit dan panas disertai kepala pusing hingga membuat matanya jadi berair. Dan ujungnya, air mata pun membanjiri wajahnya yang sudah terlihat layu. Sambil menggosok-gosokan tangan Rena coba mengembalikan suhu tubuhnya kembali normal. Itu juga cara dia menghilangkan rasa dingin yang membuat seluruh tubuhnya terasa ngilu. Malam itu sudah cukup larut. Dia pun sempat dilema apakah akan meminta jemput atau memaksa diri untuk pulang sendiri mengendarai moto

Menanti Takdir Tuhan untuk Disa

Adam dan Disa. Hubungan keduanya masih terbilang baik. Tapi, entahlah. Akhir-akhir ini Disa lebih memilih untuk menjaga jarak dengan Adam. Bukan karena tak suka, tapi karena ia tak ingin terlarut dalam perasaan yang belum jelas ujungnya. Malam itu, sebuah pesan muncul di ponsel Disa. "Besok libur, kemana kita'? begitu isi pesannya. Adam mengajak Disa pergi lagi. Tapi kali ini, gadis itu menolak. Karena alasan terlalu sering bepergian tiap kali libur akhir pekan. Disa memang terbilang wanita aneh. Kadang, ia menyukai berada di tengah keramaian. Berkumpul dengan teman-teman kantornya sesekali. Tapi,ia pun menikmati waktu sendiri, meski hanya bersama laptop dan alunan musik. Disa menolak karena ingin bersama keluarganya. Ia merasa tak enak hati jika tiap libur, ia harus keluar rumah. Lalu kapan waktu untuk ayah, ibu dan saudaranya. Begitu isi pikiran Disa saat mendapat ajakan Adam. Beruntung, Adam cukup pengertian. Keduanya pun gagal bertemu.  Dalam hati Disa,