# Dunia Baru Disa
Hidup itu penuh dengan misteri. Memang benar apa yang dikatakan Ari Lasso bahwa segala yang terjadi dalam hidup ini adalah Misteri Illahi. Hanya Allah yang Maha Mengetahui rahasia dibalik semua yang terjadi. Begitupun halnya dengan Disa. Gadis asal kota Hujan ini tidak pernah tahu apa sebenarnya rahasia dibalik semua kejadian yang ia alami selama ini. Sebuah kisah yang berawal dari keputusannya hidup merantau di kota orang. Kota yang dikenal dengan sebutan kota pelajar itu menjadi saksi bisu perjalanan hidup Disa.
Ia tidak pernah membayangkan tinggal jauh dari kedua orang
tuanya. Selama ini Disa memang terbilang sangat dekat dengan keluarga. Disa
memiliki keluarga yang harmonis dan sangat terbuka. Masalah sekecil apapun
selalu ia bagi dengan ibu nya, orang yang paling ia sayangi. Dan kini ia pun
mau tidak mau harus menerima kenyataan, bahwa dirinya akan tinggal jauh dari
keluarga. Disa berusaha untuk meyakinkan kedua orang tuanya, bahwa dia
akan baik-baik saja. Meskipun dalam hati nya ia tidak ingin meninggalkan kota
kelahirannya. Jauh dalam lubuk hatinya, Disa masih menyimpan harapan untuk bisa
menjadi bagian dari keluarga besar Sekolah Tinggi Akutansi Negara (STAN).
Namun,takdir berkata lain. Nama Disa tidak tercantum dalam daftar peserta yang
LULUS ujian masuk STAN, dan itu artinya Yogyakarta adalah keputusan yang harus
ia terima dengan lapang dada.
Tidak mudah memang untuk beradaptasi dengan lingkungan yang
baru. Apalagi Disa termasuk gadis rumahan yang bisa dibilang kuper. Kegiatannya
sehari-hari hanya sekolah dan membantu ibunya berjualan sembako di rumah. Ia
tidak pernah hang out dengan teman-temannya, seperti
yang kebanyakan anak remaja lakukan. Usai sekolah, ia harus bergegas menuju
rumah, karena kerjaan di warung sangatlah banyak. Mulai dari membungkus gula,
terigu, minyak sayur, sampai menuang minyak tanah yang jumlahnya lebih dari
satu drum per harinya. Belum lagi pekerjaan rumah tangga yang harus ia
selesaikan. Meskipun berasal dari keluarga yang berkecukupan, namun orang tua
Disa selalu mengajarkan untuk hidup prihatin. Disa selalu diajarkan untuk
mneghargai uang. Oleh karena itu Disa banyak belajar tentang kehidupan.
Untuk bisa jalan-jalan bersama teman, Disa diharuskan
menyelesaikan pekerjaan rumah dan warung. Baru setelah itu ia bisa pergi. itu
pun hanya sesekali, jika ada acara penting seperti belajar kelompok.. Jika
tidak, biasanya Disa diceramahi oleh ibu nya. Sebagian waktu Disa memang
dihabiskan untuk urusan sekolah dan warung. Hal inilah yang menyebabkan ia tidak
terlalu banyak mengenal dunia luar. Dan begitu ia merantau di kota orang, ia
pun merasa shock luar
biasa. Selain karena tidak pernah tinggal sendiri, ia juga belum terbiasa hidup
lingkungan barunya. Perbedaan budaya menjadi salah satu hambatan baginya untuk
bisa berinteraksi dengan yang lainnya.
Meskipun masih tinggal di Indonesia, namun ternyata, tidak
semua orang bisa dengan fasih mengucapkannya. Aksen kedaerahan begitu lekat
pada pengucapnya. Bahasa merupakan alat komunikasi, di mana melaluinya orang-orang
dapat saling menyampaikan pesan. Percaya atau tidak, bahasa daerah memiliki
kekuatan tersendiri untuk bisa membuat hubungan menjadi lebih akrab dibanding
dengan bahasa Indonesia. Untuk itulah, Disa pun akhirnya mulai belajar bahasa
Jawa sedikit demi sedikit. Meskipun Disa memiliki darah keturunan suku Jawa,
namun ia tidak begitu familiar dengan bahasa tersebut. Sejak kecil kedua orang
tuanya selalu menggunakan bahasa Indonesia.
Di awal masa perkuliahan, Disa pun merasa kesepian. Ia
tidak pernah membayangkan jika dirinya harus tinggal di kota orang tanpa
keluarga ataupun teman yang ia kenal.Di kota inilah, Disa membuka lembaran
baru. Segala hal yang ia temui adalah sesuatu yang baru dan asing baginya.
Untuk menghapus rasa sepinya, ia pun mengikuti berbagai kegiatan di kampusnya.
Dan sejak itu, ia pun menjadi aktivis kampus. Hari-harinya selalu diisi dengan
hal-hal baru. Sifatnya yang cuek dan terkesan tomboy membuatnya menjadi lebih
mudah untuk mendapatkan teman baik dari kalangan laki-laki maupun perempuan.
Usianya pun bervariasi, mulai dari anak-anak hingga orang tua.
Kesibukannya dengan urusan kuliah dan organisasi membuat Disa benar-benar menjadi orang paling sibuk. Tiada hari tanpa buku agenda dan pulpen. Bahkan saat kuliah pun yang ada dalam pikirannya hanyalah urusan organisasi. Kecintaannya pada kegiatan yang ia ikuti membuat dirinya lupa pada rasa sepi yang selama ini sebenarnya bersemayam dalam hatinya. Sepik arena tidak ada kedua orang tua, teman dekat yang bisa menemaninya. Namun segala rasa itu berhasil ia tepis, dengan kesibukannya. Bahkan sangking sibuknya, ia tidak memiliki waktu untuk memikirkan urusan pribadinya, termasuk urusan cinta.
Komentar
Posting Komentar