Langsung ke konten utama

Dunia Baru Disa #1




# Dunia Baru Disa

Hidup itu penuh dengan misteri. Memang benar apa yang dikatakan  Ari Lasso bahwa segala yang terjadi dalam hidup ini adalah Misteri Illahi. Hanya Allah yang Maha Mengetahui rahasia dibalik semua yang terjadi.  Begitupun halnya dengan Disa. Gadis asal kota Hujan ini tidak pernah tahu apa sebenarnya rahasia dibalik semua kejadian yang ia alami selama ini. Sebuah kisah yang berawal dari keputusannya hidup merantau di kota orang. Kota yang dikenal dengan sebutan kota pelajar itu menjadi saksi bisu perjalanan hidup Disa.

Ia tidak pernah membayangkan tinggal jauh dari kedua orang tuanya. Selama ini Disa memang terbilang sangat dekat dengan keluarga. Disa memiliki keluarga yang harmonis dan sangat terbuka. Masalah sekecil apapun selalu ia bagi dengan ibu nya, orang yang paling ia sayangi. Dan kini ia pun mau tidak mau harus menerima kenyataan, bahwa dirinya akan tinggal jauh dari keluarga. Disa  berusaha untuk meyakinkan kedua orang tuanya, bahwa dia akan baik-baik saja. Meskipun dalam hati nya ia tidak ingin meninggalkan kota kelahirannya. Jauh dalam lubuk hatinya, Disa masih menyimpan harapan untuk bisa menjadi bagian dari keluarga besar Sekolah Tinggi Akutansi Negara (STAN). Namun,takdir berkata lain. Nama Disa tidak tercantum dalam daftar peserta yang LULUS ujian masuk STAN, dan itu artinya Yogyakarta adalah keputusan yang harus ia terima dengan lapang dada.

Tidak mudah memang untuk beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Apalagi Disa termasuk gadis rumahan yang bisa dibilang kuper. Kegiatannya sehari-hari hanya sekolah dan membantu ibunya berjualan sembako di rumah. Ia tidak pernah hang out dengan teman-temannya, seperti yang kebanyakan anak remaja lakukan. Usai sekolah, ia harus bergegas menuju rumah, karena kerjaan di warung sangatlah banyak. Mulai dari membungkus gula, terigu, minyak sayur, sampai menuang minyak tanah yang jumlahnya lebih dari satu drum per harinya. Belum lagi pekerjaan rumah tangga yang harus ia selesaikan. Meskipun berasal dari keluarga yang berkecukupan, namun orang tua Disa selalu mengajarkan untuk hidup prihatin. Disa selalu diajarkan untuk mneghargai uang. Oleh karena itu Disa banyak belajar tentang kehidupan. 

Untuk bisa jalan-jalan bersama teman, Disa diharuskan menyelesaikan pekerjaan rumah dan warung. Baru setelah itu ia bisa pergi. itu pun hanya sesekali, jika ada acara penting seperti belajar kelompok.. Jika tidak, biasanya Disa diceramahi oleh ibu nya. Sebagian waktu Disa memang dihabiskan untuk urusan sekolah dan warung. Hal inilah yang menyebabkan ia tidak terlalu banyak mengenal dunia luar. Dan begitu ia merantau di kota orang, ia pun merasa shock luar biasa. Selain karena tidak pernah tinggal sendiri, ia juga belum terbiasa hidup lingkungan barunya. Perbedaan budaya menjadi salah satu hambatan baginya untuk bisa berinteraksi dengan yang lainnya. 

Meskipun masih tinggal di Indonesia, namun ternyata, tidak semua orang bisa dengan fasih mengucapkannya. Aksen kedaerahan begitu lekat pada pengucapnya. Bahasa merupakan alat komunikasi, di mana melaluinya orang-orang dapat saling menyampaikan pesan. Percaya atau tidak, bahasa daerah memiliki kekuatan tersendiri untuk bisa membuat hubungan menjadi lebih akrab dibanding dengan bahasa Indonesia. Untuk itulah, Disa pun akhirnya mulai belajar bahasa Jawa sedikit demi sedikit. Meskipun Disa memiliki darah keturunan suku Jawa, namun ia tidak begitu familiar dengan bahasa tersebut. Sejak kecil kedua orang tuanya selalu menggunakan bahasa Indonesia.

Di awal masa perkuliahan, Disa pun merasa kesepian. Ia tidak pernah membayangkan jika dirinya harus tinggal di kota orang tanpa keluarga ataupun teman yang ia kenal.Di kota inilah, Disa membuka lembaran baru. Segala hal yang ia temui adalah sesuatu yang baru dan asing baginya. Untuk menghapus rasa sepinya, ia pun mengikuti berbagai kegiatan di kampusnya. Dan sejak itu, ia pun menjadi aktivis kampus. Hari-harinya selalu diisi dengan hal-hal baru. Sifatnya yang cuek dan terkesan tomboy membuatnya menjadi lebih mudah untuk mendapatkan teman baik dari kalangan laki-laki maupun perempuan. Usianya pun bervariasi, mulai dari anak-anak hingga orang tua. 

Kesibukannya dengan urusan kuliah dan organisasi membuat Disa benar-benar menjadi orang paling sibuk. Tiada hari tanpa buku agenda dan pulpen. Bahkan saat kuliah pun yang ada dalam pikirannya hanyalah urusan organisasi. Kecintaannya pada kegiatan yang ia ikuti membuat dirinya lupa pada rasa sepi yang selama ini sebenarnya bersemayam dalam hatinya. Sepik arena tidak ada kedua orang tua, teman dekat yang bisa menemaninya. Namun segala rasa itu berhasil ia tepis, dengan kesibukannya. Bahkan sangking sibuknya, ia tidak memiliki waktu untuk memikirkan urusan pribadinya, termasuk urusan cinta. 




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Wabup, ‘Siapa Dapat Apa’

Polemik pengisian wakil bupati (wabup) Bogor terus saja bergulir. Tarik menarik kepentingan antara partai politik (parpol) pengusung Rachmat Yasin- Nurhayanti (RAYA) saat pemilihan kepala daerah (pilkada) 2013 membuat suhu politik di Kabupaten Bogor kian memanas. Masing-masing parpol berusaha mempertahankan jagoannya aga r bisa menjadi pendamping Nurhayanti. Segala cara dilakukan agar tujuannya tercapai, apalagi kalau bukan demi kekuasaan. Politik tidak pernah lepas dari kepentingan. Sebab, politik menyangkut ‘ siapa dapat apa’, seperti yang diungkapkan pakar politik Amerika serikat Harold D Lasswell.

Rio... Tolong Jemput Aku

Malam itu, tubuh Rena mendadak menggigil. Suhu tubuhnya lumayan tinggi, sementara posisinya masih di kantor. Beruntung, malam itu pekerjaannya sudah selesai. Tinggal menunggu finishing yang dilakukan rekannya. Sambil rebahan, Rena membaringkan tubuhnya di ruang pojok yang ada di kantor. Ruang itu memang biasa dipakai untuk segala rupa. Ada yang tidur, gosip, makan bareng, solat dan juga rapat setiap awal pekan. Rena melipat tubuhnya untuk mempertahankan suhu tubuh yang malam itu dirasanya nano-nano.  Antara dingin yang menusuk kulit dan panas disertai kepala pusing hingga membuat matanya jadi berair. Dan ujungnya, air mata pun membanjiri wajahnya yang sudah terlihat layu. Sambil menggosok-gosokan tangan Rena coba mengembalikan suhu tubuhnya kembali normal. Itu juga cara dia menghilangkan rasa dingin yang membuat seluruh tubuhnya terasa ngilu. Malam itu sudah cukup larut. Dia pun sempat dilema apakah akan meminta jemput atau memaksa diri untuk pulang sendiri mengendarai moto

Menanti Takdir Tuhan untuk Disa

Adam dan Disa. Hubungan keduanya masih terbilang baik. Tapi, entahlah. Akhir-akhir ini Disa lebih memilih untuk menjaga jarak dengan Adam. Bukan karena tak suka, tapi karena ia tak ingin terlarut dalam perasaan yang belum jelas ujungnya. Malam itu, sebuah pesan muncul di ponsel Disa. "Besok libur, kemana kita'? begitu isi pesannya. Adam mengajak Disa pergi lagi. Tapi kali ini, gadis itu menolak. Karena alasan terlalu sering bepergian tiap kali libur akhir pekan. Disa memang terbilang wanita aneh. Kadang, ia menyukai berada di tengah keramaian. Berkumpul dengan teman-teman kantornya sesekali. Tapi,ia pun menikmati waktu sendiri, meski hanya bersama laptop dan alunan musik. Disa menolak karena ingin bersama keluarganya. Ia merasa tak enak hati jika tiap libur, ia harus keluar rumah. Lalu kapan waktu untuk ayah, ibu dan saudaranya. Begitu isi pikiran Disa saat mendapat ajakan Adam. Beruntung, Adam cukup pengertian. Keduanya pun gagal bertemu.  Dalam hati Disa,