Langsung ke konten utama

Kupu-kupu Tak Bersayap






Masih lekat di ingatan ku, saat zaman SMA dulu.  Guru biologi ku pernah berkata, jadilah  kehadiran kalian di dunia ini seperti kupu-kupu, yang kedatangannya selalu ditunggu oleh sang bunga. Mengapa? Karena kupu-kupu membantu proses penyerbukan sang bunga. Kehadiran kupu-kupu membawa manfaat untuk lingkungan sekitarnya. Begitupun halnya dengan manusia. Ia berpesan, kelak jadilah orang yang bermanfaat untuk orang lain dan lingkungan sekitarnya, menjadi seseorang yang kehadirannya selalu diharapkan dan selalu ditunggu oleh orang lain. 
Kata-kata itu selalu aku pegang. Di mana pun aku berada ingin sekali memberikan sesuatu untuk orang-orang disekitar ku. Tak peduli seperti apa perlakuan mereka, tak peduli bagaimana sikapnya pada ku. Aku hanya ingin melihat orang lain bahagia. Mereka bahagia, aku pun akan ikut bahagai. Rasanya senang sekali jika aku bisa bermanfaat untuk orang lain.  Rasanya juga senang sekali bisa berbagi dengan yang lainnya. meskipun memang tak jarang dari mereka ada yang membuat ku kecewa ataupun kasarnya ada pula ibarat peribahasa “ air susu dibalas dengan air tuba”. 

 Mungkin orang lain akan berpikir, mau-mauny aku diperlakukan seperti, tapi bagiku perlakuan itu adalah hadiah terindah. Mengapa demikian? Karena itu bukti bahwa Allah amat sangat menyayangi diriku.  Kok bisa? Dengan perlakuannya yang tidak menyenangkan pada ku, aku jadi tahu seperti apa orang tersebut. 
Jika ditanya apakah aku sedih dengan hal tersebut? Iya, rasa itu pasti ada. Tetapi kembali lagi, aku pasrahkan semua pada Allah. Biarlah Allah yang membalas semua perlakuannya, dan aku berharap kelak ia akan belajar, bagaiamana cara untuk menghargai seseorang. kadang miris juga, orang terdekat, yang sudah aku anggap seperti keluarga sendiri, aku mempercayainya justru terkadang menusuk ku dari belakang. Yah, itulah hidup. 
Sulit rasanya membedakan aku yang terlalu bodoh atau memang aku terlalu baik. Hmmm.. entahlah., memang tidak jarang, kebaikan yang diberikan seringkali disalahgunakan. Tapi yasudahlah,,,Yang penting happy………..:)
Siapa yang menanam, maka dia pula yang akan menuai..
Menanam kebaikan, maka akan tumbuh kebaikan pula dan begitu pula sebaliknya…
Meskipun bukan aku yang menuai, tapi setidaknya aku masih memiliki orang tua, adik, kakak, mereka-mereka yang dekat dengan ku..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Wabup, ‘Siapa Dapat Apa’

Polemik pengisian wakil bupati (wabup) Bogor terus saja bergulir. Tarik menarik kepentingan antara partai politik (parpol) pengusung Rachmat Yasin- Nurhayanti (RAYA) saat pemilihan kepala daerah (pilkada) 2013 membuat suhu politik di Kabupaten Bogor kian memanas. Masing-masing parpol berusaha mempertahankan jagoannya aga r bisa menjadi pendamping Nurhayanti. Segala cara dilakukan agar tujuannya tercapai, apalagi kalau bukan demi kekuasaan. Politik tidak pernah lepas dari kepentingan. Sebab, politik menyangkut ‘ siapa dapat apa’, seperti yang diungkapkan pakar politik Amerika serikat Harold D Lasswell.

Rio... Tolong Jemput Aku

Malam itu, tubuh Rena mendadak menggigil. Suhu tubuhnya lumayan tinggi, sementara posisinya masih di kantor. Beruntung, malam itu pekerjaannya sudah selesai. Tinggal menunggu finishing yang dilakukan rekannya. Sambil rebahan, Rena membaringkan tubuhnya di ruang pojok yang ada di kantor. Ruang itu memang biasa dipakai untuk segala rupa. Ada yang tidur, gosip, makan bareng, solat dan juga rapat setiap awal pekan. Rena melipat tubuhnya untuk mempertahankan suhu tubuh yang malam itu dirasanya nano-nano.  Antara dingin yang menusuk kulit dan panas disertai kepala pusing hingga membuat matanya jadi berair. Dan ujungnya, air mata pun membanjiri wajahnya yang sudah terlihat layu. Sambil menggosok-gosokan tangan Rena coba mengembalikan suhu tubuhnya kembali normal. Itu juga cara dia menghilangkan rasa dingin yang membuat seluruh tubuhnya terasa ngilu. Malam itu sudah cukup larut. Dia pun sempat dilema apakah akan meminta jemput atau memaksa diri untuk pulang sendiri mengendarai moto

Menanti Takdir Tuhan untuk Disa

Adam dan Disa. Hubungan keduanya masih terbilang baik. Tapi, entahlah. Akhir-akhir ini Disa lebih memilih untuk menjaga jarak dengan Adam. Bukan karena tak suka, tapi karena ia tak ingin terlarut dalam perasaan yang belum jelas ujungnya. Malam itu, sebuah pesan muncul di ponsel Disa. "Besok libur, kemana kita'? begitu isi pesannya. Adam mengajak Disa pergi lagi. Tapi kali ini, gadis itu menolak. Karena alasan terlalu sering bepergian tiap kali libur akhir pekan. Disa memang terbilang wanita aneh. Kadang, ia menyukai berada di tengah keramaian. Berkumpul dengan teman-teman kantornya sesekali. Tapi,ia pun menikmati waktu sendiri, meski hanya bersama laptop dan alunan musik. Disa menolak karena ingin bersama keluarganya. Ia merasa tak enak hati jika tiap libur, ia harus keluar rumah. Lalu kapan waktu untuk ayah, ibu dan saudaranya. Begitu isi pikiran Disa saat mendapat ajakan Adam. Beruntung, Adam cukup pengertian. Keduanya pun gagal bertemu.  Dalam hati Disa,