Masih lekat di ingatan ku, saat zaman SMA dulu. Guru biologi ku pernah berkata, jadilah kehadiran kalian di dunia ini seperti kupu-kupu, yang kedatangannya selalu ditunggu oleh sang bunga. Mengapa? Karena kupu-kupu membantu proses penyerbukan sang bunga. Kehadiran kupu-kupu membawa manfaat untuk lingkungan sekitarnya. Begitupun halnya dengan manusia. Ia berpesan, kelak jadilah orang yang bermanfaat untuk orang lain dan lingkungan sekitarnya, menjadi seseorang yang kehadirannya selalu diharapkan dan selalu ditunggu oleh orang lain.
Kata-kata itu selalu aku pegang.
Di mana pun aku berada ingin sekali memberikan sesuatu untuk orang-orang
disekitar ku. Tak peduli seperti apa perlakuan mereka, tak peduli bagaimana
sikapnya pada ku. Aku hanya ingin melihat orang lain bahagia. Mereka bahagia,
aku pun akan ikut bahagai. Rasanya senang sekali jika aku bisa bermanfaat untuk
orang lain. Rasanya juga senang sekali
bisa berbagi dengan yang lainnya. meskipun memang tak jarang dari mereka ada
yang membuat ku kecewa ataupun kasarnya ada pula ibarat peribahasa “ air susu
dibalas dengan air tuba”.
Mungkin orang lain akan berpikir, mau-mauny aku diperlakukan seperti, tapi bagiku perlakuan itu adalah hadiah terindah. Mengapa demikian? Karena itu bukti bahwa Allah amat sangat menyayangi diriku. Kok bisa? Dengan perlakuannya yang tidak menyenangkan pada ku, aku jadi tahu seperti apa orang tersebut.
Mungkin orang lain akan berpikir, mau-mauny aku diperlakukan seperti, tapi bagiku perlakuan itu adalah hadiah terindah. Mengapa demikian? Karena itu bukti bahwa Allah amat sangat menyayangi diriku. Kok bisa? Dengan perlakuannya yang tidak menyenangkan pada ku, aku jadi tahu seperti apa orang tersebut.
Jika ditanya apakah aku sedih
dengan hal tersebut? Iya, rasa itu pasti ada. Tetapi kembali lagi, aku
pasrahkan semua pada Allah. Biarlah Allah yang membalas semua perlakuannya, dan
aku berharap kelak ia akan belajar, bagaiamana cara untuk menghargai seseorang.
kadang miris juga, orang terdekat, yang sudah aku anggap seperti keluarga
sendiri, aku mempercayainya justru terkadang menusuk ku dari belakang. Yah,
itulah hidup.
Sulit rasanya membedakan aku yang
terlalu bodoh atau memang aku terlalu baik. Hmmm.. entahlah., memang tidak
jarang, kebaikan yang diberikan seringkali disalahgunakan. Tapi yasudahlah,,,Yang penting happy………..:)
Siapa yang menanam, maka dia pula
yang akan menuai..
Menanam kebaikan, maka akan
tumbuh kebaikan pula dan begitu pula sebaliknya…
Meskipun bukan aku yang menuai,
tapi setidaknya aku masih memiliki orang tua, adik, kakak, mereka-mereka yang
dekat dengan ku..
Komentar
Posting Komentar