Langsung ke konten utama

A Letter


     Sepucuk surat yang saya terima dari hati yang sendiri. Hati seseorang yang pernah ditinggalkan dan akhirnya memilih untuk meninggalkan hati yang pernah saling berbagi. Sepucuk surat yang sangat berarti dan memberikan pelajaran hidup bagi saya. 

     Saya tidak tahu persis kapan surat itu sampai. Saya mendapatkannya sesaat ketika tengah menuliskan ide-ide liar yang seringkali muncul ketika saya duduk manis didepan layar ketik sambil menikmati secangkir kopi mocca. Entahlah, apa yang membuat pengirimnya menuliskan surat tersebut untuk saya. Dalam surat tersebut, seseorang yang hatinya tengah sendiri menuliskan nama saya. 

Dan kini sepucuk surat dari hati yang sendiri hadir ditengah anda..
selamat membaca..


Dear Ula, 
     Aku takut la.., aku takut jika aku harus jatuh cinta lagi. Aku berusaha menghindar dari kondisi tersebut. Aku belum siap untuk menghadapi kemungkinan-kemungkinan yang akan mengganggu kerja otak pikiran dan hati. Aku juga belum berani mengambil resiko untuk kecewa jika cinta ku bertepuk sebelah tangan ataupun jika aku harus merasakan patah hati. La.., aku berharap patah hati yang pernah aku rasakan adalah yang pertama dan terakhir kalinya. Aku tidak ingin terulang kembali. Oleh karena itu, saat ini aku menikmati masa-masa kesendirian ku. Masa di mana aku bisa dengan bebas menghirup udara dengan segudang aktivitas yang aku inginkan, tanpa harus memikirkan perasaan seseorang.
     Aku ingin fokus menata masa depan ku dengan merealisasikan setiap mimpi yang ku punya. Mimpi yang harus dan akan aku jadikan kenyataan. Cepat atau lambat , I believe my dreams come true. Amin.  Dan saat ini bukan saatnya untuk memikirkan seseorang. it doesn’t meant that man is nothing. Man is something special for me, for my life. I need him but one day when I have ready to marry. And today is not the right time to thinking of him. 
     La.., salah kah dengan sikap ku itu? Aku mohon, sadarkanlah aku jika waktu itu datang.., waktu di mana tautan hati ku hadir dalam hidup ku. Bangunkan aku la..,  jika aku terlalu menikmati kesendirian ini. 

-Lonely Heart-

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Wabup, ‘Siapa Dapat Apa’

Polemik pengisian wakil bupati (wabup) Bogor terus saja bergulir. Tarik menarik kepentingan antara partai politik (parpol) pengusung Rachmat Yasin- Nurhayanti (RAYA) saat pemilihan kepala daerah (pilkada) 2013 membuat suhu politik di Kabupaten Bogor kian memanas. Masing-masing parpol berusaha mempertahankan jagoannya aga r bisa menjadi pendamping Nurhayanti. Segala cara dilakukan agar tujuannya tercapai, apalagi kalau bukan demi kekuasaan. Politik tidak pernah lepas dari kepentingan. Sebab, politik menyangkut ‘ siapa dapat apa’, seperti yang diungkapkan pakar politik Amerika serikat Harold D Lasswell.

Rio... Tolong Jemput Aku

Malam itu, tubuh Rena mendadak menggigil. Suhu tubuhnya lumayan tinggi, sementara posisinya masih di kantor. Beruntung, malam itu pekerjaannya sudah selesai. Tinggal menunggu finishing yang dilakukan rekannya. Sambil rebahan, Rena membaringkan tubuhnya di ruang pojok yang ada di kantor. Ruang itu memang biasa dipakai untuk segala rupa. Ada yang tidur, gosip, makan bareng, solat dan juga rapat setiap awal pekan. Rena melipat tubuhnya untuk mempertahankan suhu tubuh yang malam itu dirasanya nano-nano.  Antara dingin yang menusuk kulit dan panas disertai kepala pusing hingga membuat matanya jadi berair. Dan ujungnya, air mata pun membanjiri wajahnya yang sudah terlihat layu. Sambil menggosok-gosokan tangan Rena coba mengembalikan suhu tubuhnya kembali normal. Itu juga cara dia menghilangkan rasa dingin yang membuat seluruh tubuhnya terasa ngilu. Malam itu sudah cukup larut. Dia pun sempat dilema apakah akan meminta jemput atau memaksa diri untuk pulang sendiri mengendarai moto

Menanti Takdir Tuhan untuk Disa

Adam dan Disa. Hubungan keduanya masih terbilang baik. Tapi, entahlah. Akhir-akhir ini Disa lebih memilih untuk menjaga jarak dengan Adam. Bukan karena tak suka, tapi karena ia tak ingin terlarut dalam perasaan yang belum jelas ujungnya. Malam itu, sebuah pesan muncul di ponsel Disa. "Besok libur, kemana kita'? begitu isi pesannya. Adam mengajak Disa pergi lagi. Tapi kali ini, gadis itu menolak. Karena alasan terlalu sering bepergian tiap kali libur akhir pekan. Disa memang terbilang wanita aneh. Kadang, ia menyukai berada di tengah keramaian. Berkumpul dengan teman-teman kantornya sesekali. Tapi,ia pun menikmati waktu sendiri, meski hanya bersama laptop dan alunan musik. Disa menolak karena ingin bersama keluarganya. Ia merasa tak enak hati jika tiap libur, ia harus keluar rumah. Lalu kapan waktu untuk ayah, ibu dan saudaranya. Begitu isi pikiran Disa saat mendapat ajakan Adam. Beruntung, Adam cukup pengertian. Keduanya pun gagal bertemu.  Dalam hati Disa,