Langsung ke konten utama

S.K.R.I.P.S.I saya


     Sadar ataupun tidak, olahraga Skateboard berkembang menjadi salah satu olahraga atau pun permainan yang diminati oleh anak muda. Itu lah mengapa di hampir setiap daerah membentuk komunitas pecinta skateboard. di Semarang sendiri, Ikatan Skateboard Semarang (ISS) menjadi wadah bagi skateboarder Semarang untuk berkiprah dalam dunia skateboard. Kehadiran komunitas ini pun menjadi salah satu bentuk subkultur anak muda (youth subculture), di mana kehadiran mereka di masyarakat menjadi kaum minoritas yang tidak jarang pula mendapat stigma negatif dari lingkungan sekitar. 

     Kemunculan majalah Happen Skateboarding sebagai satu-satunya media komunitas skateboard tentunya memiliki peran bagi para penggiat skateboard (skateboarder) dalam memberikan pemahaman mengenai identitas dan gaya hidupnya sebagai skateboarder. Media komunitas cenderung menggambarkan kebutuhan dan minat anggota komunitasnya. Dengan demikian, nilai-nilai yang ditanamkan dalam media komunitas tersebut lebih mudah masuk dalam diri pembacanya. Mengingat media memiliki kekuatan untuk menanamkan nilai-nilainya kepada pembaca, tidak terkecuali media komunitas. 

      Jika dilihat dari isinya, media komunitas lebih banyak mengarahkan pesannya untuk tujuan pengembangan komunitas itu sendiri. Karakteristik pemberitaan yang demikian berpeluang untuk meningkatkan sekaligus mempertahankan keberadaan atau eksistensi komunitas sebagai kaum minoritas di masyarakat. Kehadiran media komunitas juga memberikan peluang bagi pelaku industri untuk menjadikannya sebagai media promosi. Mengingat media komunitas memiliki target yang spesifik dan jangkauan terbatas. Sehingga hal tersebut memberikan kemudahan bagi pelaku industri untuk membidik pasar agar tepat sasaran. 

     Pengalaman mengonsumsi majalah Happen sebagai media komunitas skateboard memberikan pemahaman bagi pecinta olahraga skateboard mengenai seluk-beluk dunia skateboard, termasuk pemahaman mereka mengenai sosok skateboarder. Mereka menyadari bahwa skateboard termasuk dalam kategori olahraga ekstrem yang memiliki resiko tinggi, sehingga penguasaan skill menjadi aspek penting yang harus mereka perhatikan. Selain itu, meskipun dalam majalah Happen ditampilkan sosok skateboarder laki-laki, tetapi mereka menampik jika skateboard disebut sebagai dunia lelaki. 


      Setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi skateboarder, tidak terkecuali seorang perempuan. Namun demikian, saat ini belum ada sosok skateboarder perempuan di Indonesia yang menunjukkan komitmennya untuk menekuni dunia skateboard. Pemahaman mereka tentang sosok yang ditampilkan dalam majalah Happen adalah seorang skateboarder yang memiliki potensi besar untuk menjadi seorang skateboarder professional. Seorang skateboarder tidak hanya memperhatikan fashion, tetapi juga menguasai skill dengan baik dan memiliki karakter personal yang baik di kalangan skateboarder lainnya. 

     Pemahaman identitas dan gaya hidup skateboarder dipengaruhi oleh komunitas yang diikuti dan majalah Happen sebagai media komunitas yang dikonsumsi oleh para penggiat skateboarder. Keterlibatan skateboarder dalam komunitas membuat mereka merasa saling memiliki satu sama lain sehingga norma-norma yang ada dalam komunitas menjadi satu nilai yang diyakini oleh setiap anggotanya. Dan kehadiran majalah Happen pun mampu mengukuhkan identitas skateboarder baik sebagai individu maupun sebagai anggota kelompok. Nilai-nilai tentang kebersamaan dan kebebasan begitu melekat dalam diri skateboarder

     Meskipun keberadaan skateboarder sebagai subudaya remaja (youth subculture) namun mereka tetap mempertahankan eksistensinya di masyarakat. Pemahaman mereka tentang skateboard lebih dari sekedar olahraga atau permainan. Akan tetapi, skateboard sebagai sandaran hidup, di mana melalui olahraga tersebut mereka bisa menghasilkan sesuatu untuk bertahan hidup. Mereka juga menganggap bahwa skateboarder merupakan profesi yang menjanjikan Fashion menjadi aspek penting yang diperhatikan oleh skateboarder.  

    Pemahaman mereka tentang fashion merupakan identitas diri yang mereka tunjukan melalui gaya berpenampilan, mulai dari pakaian hingga atribut yang melekat dalam dirinya. Fashion dipahami sebagai salah satu bentuk komunikasi non-verbal di mana melalui fashion, mereka menunjukkan keunikan dirinya sebagai individu yang berbeda dari yang lain. Dan di satu sisi, mereka menunjukkan identitas sosialnya sebagai anggota komunitas skateboard, yakni melalui papan luncur yang mereka miliki


    
    



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Wabup, ‘Siapa Dapat Apa’

Polemik pengisian wakil bupati (wabup) Bogor terus saja bergulir. Tarik menarik kepentingan antara partai politik (parpol) pengusung Rachmat Yasin- Nurhayanti (RAYA) saat pemilihan kepala daerah (pilkada) 2013 membuat suhu politik di Kabupaten Bogor kian memanas. Masing-masing parpol berusaha mempertahankan jagoannya aga r bisa menjadi pendamping Nurhayanti. Segala cara dilakukan agar tujuannya tercapai, apalagi kalau bukan demi kekuasaan. Politik tidak pernah lepas dari kepentingan. Sebab, politik menyangkut ‘ siapa dapat apa’, seperti yang diungkapkan pakar politik Amerika serikat Harold D Lasswell.

Rio... Tolong Jemput Aku

Malam itu, tubuh Rena mendadak menggigil. Suhu tubuhnya lumayan tinggi, sementara posisinya masih di kantor. Beruntung, malam itu pekerjaannya sudah selesai. Tinggal menunggu finishing yang dilakukan rekannya. Sambil rebahan, Rena membaringkan tubuhnya di ruang pojok yang ada di kantor. Ruang itu memang biasa dipakai untuk segala rupa. Ada yang tidur, gosip, makan bareng, solat dan juga rapat setiap awal pekan. Rena melipat tubuhnya untuk mempertahankan suhu tubuh yang malam itu dirasanya nano-nano.  Antara dingin yang menusuk kulit dan panas disertai kepala pusing hingga membuat matanya jadi berair. Dan ujungnya, air mata pun membanjiri wajahnya yang sudah terlihat layu. Sambil menggosok-gosokan tangan Rena coba mengembalikan suhu tubuhnya kembali normal. Itu juga cara dia menghilangkan rasa dingin yang membuat seluruh tubuhnya terasa ngilu. Malam itu sudah cukup larut. Dia pun sempat dilema apakah akan meminta jemput atau memaksa diri untuk pulang sendiri mengendarai moto

Menanti Takdir Tuhan untuk Disa

Adam dan Disa. Hubungan keduanya masih terbilang baik. Tapi, entahlah. Akhir-akhir ini Disa lebih memilih untuk menjaga jarak dengan Adam. Bukan karena tak suka, tapi karena ia tak ingin terlarut dalam perasaan yang belum jelas ujungnya. Malam itu, sebuah pesan muncul di ponsel Disa. "Besok libur, kemana kita'? begitu isi pesannya. Adam mengajak Disa pergi lagi. Tapi kali ini, gadis itu menolak. Karena alasan terlalu sering bepergian tiap kali libur akhir pekan. Disa memang terbilang wanita aneh. Kadang, ia menyukai berada di tengah keramaian. Berkumpul dengan teman-teman kantornya sesekali. Tapi,ia pun menikmati waktu sendiri, meski hanya bersama laptop dan alunan musik. Disa menolak karena ingin bersama keluarganya. Ia merasa tak enak hati jika tiap libur, ia harus keluar rumah. Lalu kapan waktu untuk ayah, ibu dan saudaranya. Begitu isi pikiran Disa saat mendapat ajakan Adam. Beruntung, Adam cukup pengertian. Keduanya pun gagal bertemu.  Dalam hati Disa,