Langsung ke konten utama

Step By STEP


 Pengalaman saya menjadi freelance di sebuah Event Organizer (EO) membuat saya mengenal banyak karakter orang.  Saya mendapat kesempatan bergabung bersama EO yang fokus pada pengembangan individu dan kelompok dengan memberikan program outbond.  Ini adalah pengalaman pertama bagi saya. Jika biasanya saya menjadi peserta outbond, kali ini saya justru menjadi fasilitator bagi peserta. 
My Teams

Tugas saya adalah memfasilitasi para peserta dalam berkegiatan. Saya harus memandu mereka untuk bisa menyelesaikan setiap permainan.  Masing-masing permainan memiliki aturan main dan pesan moral yang berbeda. Dan sebagai fasilitator saya dituntut untuk memahaminya. Oleh karena itu, sebelum pelaksanaan, saya dan fasilitator lainnya mendapatkan training singkat mengenai jenis permainan.

Menjadi fasilitator membuat saya banyak belajar mengenai karakter individu. Dan saya juga dituntut untuk bisa mentransfer energi positif kepada para peserta agar tetap bersemangat menyelesaikan semua permainan. Tidak ada kata capek, lelah ataupun malas untuk menunjukkan semangat dihadapan peserta. Meskipun harus berpanas-panas ria berkegiatan di luar. Memberikan senyum hangat adalah hukum wajib yang harus saya lakukan. 

Saya pun teringat pesan yang disampaikan oleh pak boss, bahwa sebagai fasilitator kita harus melayani dan memuaskan orang yang kita fasilitasi. Kita harus memberikan pelayanan yang memuaskan.  Saya sangat senang bisa mendapatkan kesempatan tersebut.  Bekerja di EO membuat hidup saya jadi lebih dinamis. Karena selalu ada hal baru yang gak pernah kita tahu. Dan itu sangat menantang.
Foto bersama fasilitator lainnya, pasca outbond

Tidak selamanya saya bertemu dengan peserta yang bisa diajak bekerja sama. Terkadang saya harus menghadapi peserta yang sulit diajak bekerja sama. Melakukan kegaiatan semaunya. Dan saat itu itulah fasilitator harus bekerja keras untuk menyatukan pemikiran peserta untuk mencapai satu tujuan. 

Sebagai fasiltator, saya harus jeli melihat karakter individu dan menempatkannya dalam posisi yang tepat.  Ketika dalam tim saya bertemu dengan orang yang malas ataupun pasif, maka saya harus mebuat orang tersebut menjadi aktif dan berkontribusi untuk kelompoknya, salah satunya adalah dengan menempatkannya dalam posisi penting, misalnya pemimpin kelompok. Dengan demikian, mau tidak mau orang tersebut akan berperan aktif. Karena dia memiliki tanggung jawab. Oleh karena itu, setiap fasilitator dituntut untuk bisa menjalin komunikasi yang baik. Bicara dari hati ke hati .

Saya beruntung pernah ikut dalam organisasi pecinta alam. Karena rekan-rekan saya di EO ini tidak jauh beda dengan teman-teman saya di mapala. Setidaknya saya tidak perlu kaget, canggung ataupun takut menghadapi kelompok yang didominasi oleh lelaki yang tidak bisa lepas dari yang namanya rokok. Well…, sepertinya saya selalu dipertemukan dengan para perokok aktif. Namun, hal itu tidak menjadi penghalang. Saya senang bisa mengenal mereka. Meskipun masih freelance tapi ini adalah pelajaran yang luar biasa. 
I always enjoy my job. Thanks God


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Wabup, ‘Siapa Dapat Apa’

Polemik pengisian wakil bupati (wabup) Bogor terus saja bergulir. Tarik menarik kepentingan antara partai politik (parpol) pengusung Rachmat Yasin- Nurhayanti (RAYA) saat pemilihan kepala daerah (pilkada) 2013 membuat suhu politik di Kabupaten Bogor kian memanas. Masing-masing parpol berusaha mempertahankan jagoannya aga r bisa menjadi pendamping Nurhayanti. Segala cara dilakukan agar tujuannya tercapai, apalagi kalau bukan demi kekuasaan. Politik tidak pernah lepas dari kepentingan. Sebab, politik menyangkut ‘ siapa dapat apa’, seperti yang diungkapkan pakar politik Amerika serikat Harold D Lasswell.

Rio... Tolong Jemput Aku

Malam itu, tubuh Rena mendadak menggigil. Suhu tubuhnya lumayan tinggi, sementara posisinya masih di kantor. Beruntung, malam itu pekerjaannya sudah selesai. Tinggal menunggu finishing yang dilakukan rekannya. Sambil rebahan, Rena membaringkan tubuhnya di ruang pojok yang ada di kantor. Ruang itu memang biasa dipakai untuk segala rupa. Ada yang tidur, gosip, makan bareng, solat dan juga rapat setiap awal pekan. Rena melipat tubuhnya untuk mempertahankan suhu tubuh yang malam itu dirasanya nano-nano.  Antara dingin yang menusuk kulit dan panas disertai kepala pusing hingga membuat matanya jadi berair. Dan ujungnya, air mata pun membanjiri wajahnya yang sudah terlihat layu. Sambil menggosok-gosokan tangan Rena coba mengembalikan suhu tubuhnya kembali normal. Itu juga cara dia menghilangkan rasa dingin yang membuat seluruh tubuhnya terasa ngilu. Malam itu sudah cukup larut. Dia pun sempat dilema apakah akan meminta jemput atau memaksa diri untuk pulang sendiri mengendarai moto

Menanti Takdir Tuhan untuk Disa

Adam dan Disa. Hubungan keduanya masih terbilang baik. Tapi, entahlah. Akhir-akhir ini Disa lebih memilih untuk menjaga jarak dengan Adam. Bukan karena tak suka, tapi karena ia tak ingin terlarut dalam perasaan yang belum jelas ujungnya. Malam itu, sebuah pesan muncul di ponsel Disa. "Besok libur, kemana kita'? begitu isi pesannya. Adam mengajak Disa pergi lagi. Tapi kali ini, gadis itu menolak. Karena alasan terlalu sering bepergian tiap kali libur akhir pekan. Disa memang terbilang wanita aneh. Kadang, ia menyukai berada di tengah keramaian. Berkumpul dengan teman-teman kantornya sesekali. Tapi,ia pun menikmati waktu sendiri, meski hanya bersama laptop dan alunan musik. Disa menolak karena ingin bersama keluarganya. Ia merasa tak enak hati jika tiap libur, ia harus keluar rumah. Lalu kapan waktu untuk ayah, ibu dan saudaranya. Begitu isi pikiran Disa saat mendapat ajakan Adam. Beruntung, Adam cukup pengertian. Keduanya pun gagal bertemu.  Dalam hati Disa,