Langsung ke konten utama

Tapak Arthocaprus Hadirkan Wahan Pembelajaran



Sampah di Sulap Jadi Karya Seni

Apakah anda pernah berkunjung ke Desa Tajur Tarikolot? Desa binaan ini sudah terkenal dengan beragam industri rumahnya. Mulai dari industri logam, industri perkakas kebersihan hingga industri pakaian dalam wanita. Selain itu, Desa yang berada di kecamatan Citeureup ini juga terpilih menjadi desa binaan yang masuk dalam program Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Indocement, Tbk.

Melalui Yayasan bernama Tapak Atocarpus Citraya, lahirlah pusat belajar masyarakat dengan nama Rumah Pintar (Rumpin) Tapak. Sekolah yang diresmikan 27 Desember 2012 tersebut sengaja ditujukan kepada warga sekitar. Menurut Ketua Yayasan Tapak Arthocaprus, Ade Gunawan, Rumpin ada di tiga desa, di kecamatan Citeureup. Diantaranya desa Tajur, Citeureup dan Pasirmukti. “Kami mendirikan rumah pintar di tiga desa, dengan maksud meningkatkan minat baca dan budaya sejak dini, khususnya untuk anak-anak dan perempuan yang kurang beruntung dalam ekonomi” terangnya

Sebuah rumah dengan bangunan bilik bambu, berdiri di tengah rimbunan pepohonan.Setiap Sabtu dan Minggu sekolah tersebut ramai dikunjungi anak-anak. Pukul delapan pagi, anak-anak sudah memenuhi ruangan kelas. Mereka biasanya belajar sampai jam dua siang. Kebanyakan anak-anak yang datang berusia 5-12 tahun.

Sekolah ini sifatnnya masih non-formal, jadi muridnya pun gak tetap. Karena sebagian ada pula yang harus sekolah dulu paginya, siang baru kesini.” ungkap Ade kepada Metroplitan.

Meskipun terbilang baru, diakui Ade, antusiasme warga cukup besar dalam menyambut program rintisan Yayasan Tapak. Bahkan siswanya pun tidak terbatas pada anak-anak, tapi juga orang dewasa. Sedikitnya ada 30 siswa yang mengikuti program binaan tersebut. “Di rumpin sendiri memang kami ingin menjadikannya pusat belajar masyarakat, jadi semua kalangan bisa ikut dalam proses belajar. Saat ini kami punya 12 orang pengajar. ”

Diakui Ade, sekolah binaannya menerapkan metode pembelajaran yang menyenangkan. Dari segi bangunan dan pemilihan tempat, terlihat seperti bukan sekolah pada umumnya, tapi menyerupai saung yang membuat suasana menjadi lebih santai. Terdapat empat pokok pembelajaran yang diberikan kepada murid diantaranya sentra buku, sentra panggung, sentra komputer, dan sentra permainan edukatif “ Kalau disini anak-anak diajarkan lebih banyak aktif. Misal di sentra komputer, anak-anak bisa bermain sambil belajar dengan” ujarnya

Selain itu, Yayasan yang diresmikan pada 1 April 2012 ini juga memberikan keterampilan seni kawat kepada murid-muridnya. Selain meningkatkan kreatifitas juga memberikan keleluasaan anak berimajinasi. Ade menuturkan dalam seni kawat, setiap murid diminta membuat satu karya dengan bekal gulungan kawat dan sebuah tang “ Sebelumnya mereka diajarkan cara membentuknya. Tapi untuk desain, semua ada di pikiran masing-masing. Jadi kami hanya menyediakan kawat dan tang saja.” tuturnya

Seni kawat yang dihasilkannya memiliki beragam bentuk.Mulai dari gitar, robot, burung merak, bola dunia, tengkorak dll Semuanya dilakukan berdasarkan khayalan masing-masing anak-anak. Untuk membentuk kawat menjadi bentuk menarik, diakui Ade butuh kesabaran dan imajinasi tinggi. Butuh waktu berhari-hari untuk menyelesaikan gulungan kawat, tergantung dari tingkat kerumitan. “ Ini kan seni, jadi pengerjaannya pun tidak bisa ditargetkan. Kadang tergantung mood anak-anak. Kalau lagi baik sehari bisa selesai.” ungkap Ade.

Lelaki yang memiliki nama kecil Gugun ini berharap seni kriya hasil Rumah Pintar bisa menjadi bekal keterampilan yang bisa dikembangkan lebih lanjut menjadi industri, seperti indutri logam yang sudah terkenal di desa Tarikolot. (ula)




Komentar

  1. Terima kasih .. atas publikasinya semoga dapat memberikan inspirasi buat kita semua , salam TAPAK

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Wabup, ‘Siapa Dapat Apa’

Polemik pengisian wakil bupati (wabup) Bogor terus saja bergulir. Tarik menarik kepentingan antara partai politik (parpol) pengusung Rachmat Yasin- Nurhayanti (RAYA) saat pemilihan kepala daerah (pilkada) 2013 membuat suhu politik di Kabupaten Bogor kian memanas. Masing-masing parpol berusaha mempertahankan jagoannya aga r bisa menjadi pendamping Nurhayanti. Segala cara dilakukan agar tujuannya tercapai, apalagi kalau bukan demi kekuasaan. Politik tidak pernah lepas dari kepentingan. Sebab, politik menyangkut ‘ siapa dapat apa’, seperti yang diungkapkan pakar politik Amerika serikat Harold D Lasswell.

Rio... Tolong Jemput Aku

Malam itu, tubuh Rena mendadak menggigil. Suhu tubuhnya lumayan tinggi, sementara posisinya masih di kantor. Beruntung, malam itu pekerjaannya sudah selesai. Tinggal menunggu finishing yang dilakukan rekannya. Sambil rebahan, Rena membaringkan tubuhnya di ruang pojok yang ada di kantor. Ruang itu memang biasa dipakai untuk segala rupa. Ada yang tidur, gosip, makan bareng, solat dan juga rapat setiap awal pekan. Rena melipat tubuhnya untuk mempertahankan suhu tubuh yang malam itu dirasanya nano-nano.  Antara dingin yang menusuk kulit dan panas disertai kepala pusing hingga membuat matanya jadi berair. Dan ujungnya, air mata pun membanjiri wajahnya yang sudah terlihat layu. Sambil menggosok-gosokan tangan Rena coba mengembalikan suhu tubuhnya kembali normal. Itu juga cara dia menghilangkan rasa dingin yang membuat seluruh tubuhnya terasa ngilu. Malam itu sudah cukup larut. Dia pun sempat dilema apakah akan meminta jemput atau memaksa diri untuk pulang sendiri mengendarai moto

Menanti Takdir Tuhan untuk Disa

Adam dan Disa. Hubungan keduanya masih terbilang baik. Tapi, entahlah. Akhir-akhir ini Disa lebih memilih untuk menjaga jarak dengan Adam. Bukan karena tak suka, tapi karena ia tak ingin terlarut dalam perasaan yang belum jelas ujungnya. Malam itu, sebuah pesan muncul di ponsel Disa. "Besok libur, kemana kita'? begitu isi pesannya. Adam mengajak Disa pergi lagi. Tapi kali ini, gadis itu menolak. Karena alasan terlalu sering bepergian tiap kali libur akhir pekan. Disa memang terbilang wanita aneh. Kadang, ia menyukai berada di tengah keramaian. Berkumpul dengan teman-teman kantornya sesekali. Tapi,ia pun menikmati waktu sendiri, meski hanya bersama laptop dan alunan musik. Disa menolak karena ingin bersama keluarganya. Ia merasa tak enak hati jika tiap libur, ia harus keluar rumah. Lalu kapan waktu untuk ayah, ibu dan saudaranya. Begitu isi pikiran Disa saat mendapat ajakan Adam. Beruntung, Adam cukup pengertian. Keduanya pun gagal bertemu.  Dalam hati Disa,