Langsung ke konten utama

Petanda Apa? (Bag. I)

Malam itu,seorang lelaki datang menjemput Disa, Adam namanya, Dia lelaki  yang pernah menyatakan perasaannya pada Disa. Mereka berdua memang berhubungan baik, tapi Disa menganggapnya sekadar teman. Sampai sebuah perasaan mendadak mengganggu tidur malamnya.


Di setiap sujud Disa sering bertanya sosok lelaki yang betul betul diridhoi Tuhan untuk jadi imamnya sampai akhirat. Entah kebetulan atau apa namanya,  selalu sosok Adam yang muncul. Beberapa kali Tuhan mengirimkan lelaki itu saat-saat Disa dalam keadaan darurat dan genting.



Sampai di malam itu, saat Adam mengirimkan pesan teks ingin bertemu. Disa masih takut, Ia takut memberi harapan berlebih jika mengamini permintaan itu. Tapi, ia juga tak bisa menolak keinginan orang yang selama ini sudah begitu baik padanya.



Orang tua Disa juga menyuruhnya untuk belajar membuka hati. "Enggak ada salahnya kamu menjalin, biar tahu satu sama lain. Jangan terlalu tertutup,"begitu celetuk ibunda.



Akhirnya malam itu Adam ke rumah dan mereka pun pergi berdua. Obrolan malam itu sempat kaku tapi akhirnya berujung cair. Isinya masih seputar pekerjaan. Sesekali mereka saling membuka diri tentang dia, keluarga dan teman-temannya.



Hingga tak terasa jam pun sudah menunjukkan angka setengah 12 malam. Sangat malam untuk agenda jalan dan ngopi berdua. Di saat akan pulang, tiba-tiba Adam nyeletuk



"Mau mampir ke rumah dulu,"begitu katanya, hingga membuat Disa mengernyitkan dahinya tanda heran.



Saat itu Disa hanya menimpalinya dengan senyum hingga keduanya beranjak dari kedai itu.



Bunyi radio menemani perjalanan menuju rumah Disa. Belum juga setengah perjalanan, sebuah telpon berdering. 'Babe Adam memanggil' tulisan itu tampak di layar ponsel Adam.



Rupanya, malam itu, ayahnya meminta agar putra satu-satunya itu datang menjemputnya. Ayahnya baru pulang dari ziarah dan keebtulan posisnya  tak cukup jauh dari lokasi mereka berada.



Adam hanya bilang akan menjemputnya, tapi mobilnya terus melaju untuk mengantar Disa, Akhirnya, Disa meminta Adam untuk menemui ayahnya dulu yang sudah menunggu.



"Mending jemput ayah aja baru nganter aku,"kata Disa



"Nanti kamu kemalaman, aku enggak enak sama ibu mu,"jawab dia.



"Daripada ayahmu kelamaan nunggu. Jarak dari sini ke rumah ku lumayan, lebih baik jemput saja dulu,"ujar Disa yang dalam hatinya sebenarnya takut. Karena kalau menjemput, dia akan bertemu dengan ayah Adam. Otomatis dia akan ke rumah Adam.



"Aaah, pertanda apa ini,"kata Disa membatin.



Tapi Disa juga tidak bisa membiarkan ayah Adam menunggu terlalu lama. Karena selama ini orang tua selalu memberikan segala-galanya untuk anak. Jadi sudah sepatutnya anak pun melakukan hal sama.



Akhirnya Adam putar arah dan menjemput ayahnya. Di ujung jalan, ayahnya sudah berdiri menanti kedatangan putra bungsunya.



Tanpa sebuah rencana, malam itu, Disa akhirnya bertemu dengan ayah Adam. Disa juga akhirnya ke rumah Adam dan sempat bertemu ibunya. Setelah itu, barulah giliran Adam mengantarkan Disa ke rumah.



Di perjalanan Disa sempat menyindir Adam yang sebelum pulang menawarkannya ke rumah.



"Akhirnya keinginan kamu kesampean ya, aku jadi ke rumah mu juga nih," kata Disa.



"Ya itu artinya memang kamu sudah harus ke rumah Dis,"jawab Adam melempar senyum.



Pukul setengah satu malam Disa baru tiba di rumah. Waktu yang sangat malam untuk bepergian dengan seorang lelaki. Sepulangnya dari sana, masih ada tanda tanya di benaknya.



"Ya Allah, Petanda Apa semua ini?"gumam Disa di sujud malamnya.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

SinetrON masa Kini...

Jika harus memilih sinetron saat ini yang memiliki nilai edukasi memang bukanlah perkara mudah. Karena, jika harus berkata jujur sinetron yang berkembang di Indonesia saat ini, hampir semuanya tidak mengandung nilai edukasi. menurut saya, nilai edukasi yang diberikan oleh media hanya tersirat sehingga yang terlihat lebih dominan nilai-nilai kekerasan disbanding nilai moral yang mendidik. Oleh karena itu, dalam hal ini memang sangat membutuhkan sikap kritis dari masyarakat yang menonton itu sendiri. Nilai edukasi yang ada di sinetron terkandung dalam setiap adegan yang diperankan oleh actor dan aktrisnya. kita tahu bahwa tidak semua penonton itu adalah khalayak aktif yang mampu menganalisiss isi dari sinetron. Sedangkan permasalahan yang ada adalah adegan yang sering dan menjadi ‘bulan-bulanan’ sinetron Indonesia  berkutat pada kekerasan, hedonism, dan seksualitas.  Ditambah pula, tidak adanya segmentasi khalayak atas sinetron yang ditayangkan. Sehingga batasan, mana yang...

PereMpuan itu HebaT

PEREMPUAN. Kata tersebut memiliki makna yang besar. Jika diperhatikan kata perempuan. terdiri dari satu kata yaitu empu, yang kemudian diberi awalan dan akhiran per- dan –an. Jika di eja satu persatu menjadi per- empu -an. Kata perempuan bisa diartikan sebagai yang di ‘empu’ kan. Mendengar kata “empu” persepsi kita pasti merujuk pada seseorang yang dihormati, dijunjung tinggi, bijaksana, lemah lembut, dan segala hal yang menunjuk pada sikap halus. Percaya atau tidak seorang perempuan memilki pengaruh yang besar bagi kehidupan di dunia ini. Seorang perempuan memilki kekuatan yang besar bahkan kekuatannya bisa melebihi seorang laki-laki. tanpa maksud untuk membandingkannya dengan kaum laki-laki namun itulah “real reality”. Bukti kekuatan perempuan bisa dilihat ketika mereka sedang mengandung dan melahirkan. Betapa kuatnya mereka, betapa beraninya mereka mempertaruhkan nyawanya demi sang anak. Walaupun demikian, keberadaan perempuan di tengah masyarakat seringkali dianggap lemah. ...

ke Gunung???

                Sebagian orang berpikir, apa sih enaknya naik gunung?itu kan bikin capek!”  naik gunung berarti jauh dari peradaban. Emang gak salah kalo ada yang bilang seperti itu, karena saya pun awalnya demikian. Mendaki gunung tidak senikmat yang saya bayangkan. Susah, capek , whuahh..., pokoknya yang gak enak2 banyak deh. Eitzz... tunggu dulu, meski gak enak  tapi ada buanyaaak pelajaran yang bisa kamu dapatkan ketika kamu melakukan proses yang namanya mendaki. Mendengar kata mendaki, pastinya pikiran kita tertuju pada perjalanan menuju puncak gunung. Semakin terus kita berjalan, perjalanan kita semakin naik dan pastinya semakin berat. Buat  saya pribadi disitulah rasa nikmatnya melakukan pendakian gunung. Apalagi jika berhasil sampai di puncak tertinggi. Wauuw.., rasanya sungguh nano-nano deh. Takjub melihat kebesaran ALLAH, puas karena berhasil melewati segala rintangan. Saya...