Langsung ke konten utama

SLIP GAJI


Malam itu, Juminten tiba-tiba murung di kamarnya. Padahal sudah masuk awal bulan. Biasanya, senyum ceria terlihat di wajahnya begitu sang suami memberikan uang bulanan. Tapi, tidak dengan malam itu. “Ini dek, gaji bulan ini,”kata Sudirman, suami Juminten.
Juminten pun mengambilnya. Namun, ia heran karena tak ada slip gaji yang biasanya selalu disertai. Saat ditanya,kemana slip gajinya. Sang suami hanya menjawab lupa sambil bergegas menuju ke kamar mandi

Juminten masih bertanya-tanya di hatinya. Tak biasanya, sang suami menyerahkan gaji tanpa slip resmi perusahaan. Akhirnya, uang itu diletakkannya di atas meja Sudirman, lengkap dengan amplopnya. Juminten tak mengambil sepeser pun uang itu.
Namun, wajahnya mendadak berubah jadi masam. Sang suami yang baru keluar dari kamar mandi pun dibuatnya heran. Bukan lagi kata manis yang didengarnya, melainkan hanya ucapan datar.
“Makanan sudah disiapkan di dapur,”kata Juminten sambil berlalu.
Sudirman pun masih bingung. Sementara, di meja kerjanya amplop gaji itu masih tersimpan rapi. Akhirnya, Sudirman menemui istrinya.
“Kenapa uangnya ditaro di meja. Memangnya tidak butuh?”kata Sudirman
Juminten pun langsung menjawabnya “Aku enggak mau terima gaji itu kalau tidak ada slipnya. Aku masih bisa cari uang sendiri kalau untuk hidup,”cetus Juminten
“Itu kan cuma slip. Aku lupa menyimpannya,”jawab Sudirman lagi
“Buatmu itu (mungkin) sekedar kertas, tapi itu bukti kalau tidak ada yang kamu tutup-tutupi. Kita ini suami istri mas. Kalau masalah slip saja kamu tidak terbuka, bagaimana masalah lainnya,”tegas Juminten dengan nada dipelankan
Akhirnya Sudirman coba mengingat-ingat di mana ia taruh slip gaji itu. Malam itu, ia kembali membuka tasnya. Sampai akhirnya, ia berhasil menemukan slip itu di sebuah buku laporan.
Paginya, ia mengecup kening Juminten sambil menyerahkan slip itu. Sudirman meminta maaf karena telah membuat istrinya marah dan sempat kecewa.

NOTE:
Intinya, seorang istri tidak cukup hanya menerima uang dari suaminya.Apalagi hanya menuntut. Karena, seorang istri wajib mengetahui sumber uang yang diterima suaminya. Slip gaji, salah satu bukti untuk memastikan uang yang diterima itu halal atau sesuai kerja kerasnya selama ini.

(Cerita ini hanya fiktif. Buah dari diskusi sore bersama orang-orang yang lebih dulu mengarungi rumah tangga)



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Wabup, ‘Siapa Dapat Apa’

Polemik pengisian wakil bupati (wabup) Bogor terus saja bergulir. Tarik menarik kepentingan antara partai politik (parpol) pengusung Rachmat Yasin- Nurhayanti (RAYA) saat pemilihan kepala daerah (pilkada) 2013 membuat suhu politik di Kabupaten Bogor kian memanas. Masing-masing parpol berusaha mempertahankan jagoannya aga r bisa menjadi pendamping Nurhayanti. Segala cara dilakukan agar tujuannya tercapai, apalagi kalau bukan demi kekuasaan. Politik tidak pernah lepas dari kepentingan. Sebab, politik menyangkut ‘ siapa dapat apa’, seperti yang diungkapkan pakar politik Amerika serikat Harold D Lasswell.

Rio... Tolong Jemput Aku

Malam itu, tubuh Rena mendadak menggigil. Suhu tubuhnya lumayan tinggi, sementara posisinya masih di kantor. Beruntung, malam itu pekerjaannya sudah selesai. Tinggal menunggu finishing yang dilakukan rekannya. Sambil rebahan, Rena membaringkan tubuhnya di ruang pojok yang ada di kantor. Ruang itu memang biasa dipakai untuk segala rupa. Ada yang tidur, gosip, makan bareng, solat dan juga rapat setiap awal pekan. Rena melipat tubuhnya untuk mempertahankan suhu tubuh yang malam itu dirasanya nano-nano.  Antara dingin yang menusuk kulit dan panas disertai kepala pusing hingga membuat matanya jadi berair. Dan ujungnya, air mata pun membanjiri wajahnya yang sudah terlihat layu. Sambil menggosok-gosokan tangan Rena coba mengembalikan suhu tubuhnya kembali normal. Itu juga cara dia menghilangkan rasa dingin yang membuat seluruh tubuhnya terasa ngilu. Malam itu sudah cukup larut. Dia pun sempat dilema apakah akan meminta jemput atau memaksa diri untuk pulang sendiri mengendarai moto

Menanti Takdir Tuhan untuk Disa

Adam dan Disa. Hubungan keduanya masih terbilang baik. Tapi, entahlah. Akhir-akhir ini Disa lebih memilih untuk menjaga jarak dengan Adam. Bukan karena tak suka, tapi karena ia tak ingin terlarut dalam perasaan yang belum jelas ujungnya. Malam itu, sebuah pesan muncul di ponsel Disa. "Besok libur, kemana kita'? begitu isi pesannya. Adam mengajak Disa pergi lagi. Tapi kali ini, gadis itu menolak. Karena alasan terlalu sering bepergian tiap kali libur akhir pekan. Disa memang terbilang wanita aneh. Kadang, ia menyukai berada di tengah keramaian. Berkumpul dengan teman-teman kantornya sesekali. Tapi,ia pun menikmati waktu sendiri, meski hanya bersama laptop dan alunan musik. Disa menolak karena ingin bersama keluarganya. Ia merasa tak enak hati jika tiap libur, ia harus keluar rumah. Lalu kapan waktu untuk ayah, ibu dan saudaranya. Begitu isi pikiran Disa saat mendapat ajakan Adam. Beruntung, Adam cukup pengertian. Keduanya pun gagal bertemu.  Dalam hati Disa,