Langsung ke konten utama

Pemiluuuu




Tepat 10 hari jelang pemilu, setiap caleg makin sibuk mempersiapkan dirinya menuju parlemen. Memperebutkan kursi kosong,dengan berbagai upaya, trik, dan strategi.
Bahkan tidak sedikit yang mengobralkan tokoh-tokoh nasional andalan dari setiap kendaraan yang ditumpangi. Berbagai isu dilempar ke publik, seolah dirinya benar-benar peduli pada rakyat kecil. Pendidikan gratis, kesehatan murah, sampai dengan program usaha yang dijanjikan bisa memberi pinjaman modal untuk menjadi seorang enterpreneur.


Tapi sayangnya, entah lupa atau memang tidak peduli. Empat hari setelah pencoblosan 9 April mendatang, siswa-siswi SMA/SMK yang kebanyakan merupakan pemilih pemula tidak digubris oleh para calon wakil rakyat.


Jadi pertanyaan ketika mereka mengunggulkan program pendidikan, tapi sasarannya sendiri tidak dirangkul. Mereka justru sibuk dengan pembagian sembako, kerudung ataupun beberapa lainnya. Sementara kesiapan para siswa kelas XII sendiri tidak diperhatikan. Bahkan disinggung pun tidak dalam kampanye mereka.


Ketika ditanya soal pendidikan, semuanya hampir kompak mengatakan bila pendidikan penting. Dan pemilih pemula adalag generasi penerus. Tapi pada kenyataannya, wujud konkret kepedulian mereka terhadap pendidikan nyaris tidak terlihat. Siapa yang peduli dengan para siswa yang akan menghadapi UN? Siapa yang peduli dengan para siswa yang ada di ujung daerah sana.


Bahkan bila mendengar cerita dari tokoh masyarakat, di salah satu desa, untuk bersekolah saja anak-anak rela menginap di rumah kepala desanya. Karena lokasi sekolah yang terlampau jauh bila harus dilakukan setiap hari. Selain infrastruktur jalan yang tidak memungkin, ongkos yang harus dikeluakan pun cukup tinggi, yaitu Rp 100 ribu untuk pulang-pergi.


Lebih tinggi dari ongkos kereta ekonomi dari Jakarta-Semarang.

Siapa yang peduli? Siapa yang rela mendatangi mereka? Adakah....???

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Wabup, ‘Siapa Dapat Apa’

Polemik pengisian wakil bupati (wabup) Bogor terus saja bergulir. Tarik menarik kepentingan antara partai politik (parpol) pengusung Rachmat Yasin- Nurhayanti (RAYA) saat pemilihan kepala daerah (pilkada) 2013 membuat suhu politik di Kabupaten Bogor kian memanas. Masing-masing parpol berusaha mempertahankan jagoannya aga r bisa menjadi pendamping Nurhayanti. Segala cara dilakukan agar tujuannya tercapai, apalagi kalau bukan demi kekuasaan. Politik tidak pernah lepas dari kepentingan. Sebab, politik menyangkut ‘ siapa dapat apa’, seperti yang diungkapkan pakar politik Amerika serikat Harold D Lasswell.

Rio... Tolong Jemput Aku

Malam itu, tubuh Rena mendadak menggigil. Suhu tubuhnya lumayan tinggi, sementara posisinya masih di kantor. Beruntung, malam itu pekerjaannya sudah selesai. Tinggal menunggu finishing yang dilakukan rekannya. Sambil rebahan, Rena membaringkan tubuhnya di ruang pojok yang ada di kantor. Ruang itu memang biasa dipakai untuk segala rupa. Ada yang tidur, gosip, makan bareng, solat dan juga rapat setiap awal pekan. Rena melipat tubuhnya untuk mempertahankan suhu tubuh yang malam itu dirasanya nano-nano.  Antara dingin yang menusuk kulit dan panas disertai kepala pusing hingga membuat matanya jadi berair. Dan ujungnya, air mata pun membanjiri wajahnya yang sudah terlihat layu. Sambil menggosok-gosokan tangan Rena coba mengembalikan suhu tubuhnya kembali normal. Itu juga cara dia menghilangkan rasa dingin yang membuat seluruh tubuhnya terasa ngilu. Malam itu sudah cukup larut. Dia pun sempat dilema apakah akan meminta jemput atau memaksa diri untuk pulang sendiri mengendarai moto

Menanti Takdir Tuhan untuk Disa

Adam dan Disa. Hubungan keduanya masih terbilang baik. Tapi, entahlah. Akhir-akhir ini Disa lebih memilih untuk menjaga jarak dengan Adam. Bukan karena tak suka, tapi karena ia tak ingin terlarut dalam perasaan yang belum jelas ujungnya. Malam itu, sebuah pesan muncul di ponsel Disa. "Besok libur, kemana kita'? begitu isi pesannya. Adam mengajak Disa pergi lagi. Tapi kali ini, gadis itu menolak. Karena alasan terlalu sering bepergian tiap kali libur akhir pekan. Disa memang terbilang wanita aneh. Kadang, ia menyukai berada di tengah keramaian. Berkumpul dengan teman-teman kantornya sesekali. Tapi,ia pun menikmati waktu sendiri, meski hanya bersama laptop dan alunan musik. Disa menolak karena ingin bersama keluarganya. Ia merasa tak enak hati jika tiap libur, ia harus keluar rumah. Lalu kapan waktu untuk ayah, ibu dan saudaranya. Begitu isi pikiran Disa saat mendapat ajakan Adam. Beruntung, Adam cukup pengertian. Keduanya pun gagal bertemu.  Dalam hati Disa,