28 November 2013
Sebatas Coretan
Duduk manis menunggu si pemangku jabatan. Dengan bangga sosok itu keluar dari ruangannya, hanya melihat ke arah saya tanpa menggoreskan senyum apalagi menyapa. Lalu menemui rekannya yang jelas-jelas datangnya belakangan, setelah aku menunggunya di ruang tamu dengan jajaran kursi yang tidak lepas dari kesan angkuh
Entahlah, mereka si pemangku jabatan seringkali terlampau tinggi hati. Merasa dirinya hebat, berkuasa, dan punya kelasnya.
Padahal saat kampanye dulu, keinginan menjadi seorang 'pelayan' terus digembar-gemborkan agar dirinya bisa mewakili suara masyarakat.
Jabatan itu membutakan, menggelapkan dan akan menjatuhkan bila si pemangku tersebut tidak bisa menjalankan amanah. Bukan saja tugas dan fungsinya secara normatif tapi cara, sikap dan perilakunya terhadap masyarakat.
Berbuat baik ketika ada maunya. Menampilkan sosok tebaik ketika berhadapan dengan orang yang punya jabatan sepadan. Dan seringkali memandang sebelah mata, ketika rakyat biasa ingin menemuinya.
Beginikah sosok orang yang mengaku sebagai wakil rakyat? Rakyat yang mana? 'Rakyat' yang bisa memberikan income ke kantong pribadi atas nama pembangunan daerah alias proyek?
Hanya senyum miris, pedih melihat mereka. Dan parahnya lagi, orang itu punya kedudukan tinggi di lembaga tersebut. Hanya doa yang bisa dilakukan, agar orang itu dibukakan mata, hati dan pikirannya.
Dan saya pun harus mengendalikan emosi. Ingin rasanya saya memaki 'pelayan masyarakat' itu
Duduk manis menunggu si pemangku jabatan. Dengan bangga sosok itu keluar dari ruangannya, hanya melihat ke arah saya tanpa menggoreskan senyum apalagi menyapa. Lalu menemui rekannya yang jelas-jelas datangnya belakangan, setelah aku menunggunya di ruang tamu dengan jajaran kursi yang tidak lepas dari kesan angkuh
Entahlah, mereka si pemangku jabatan seringkali terlampau tinggi hati. Merasa dirinya hebat, berkuasa, dan punya kelasnya.
Padahal saat kampanye dulu, keinginan menjadi seorang 'pelayan' terus digembar-gemborkan agar dirinya bisa mewakili suara masyarakat.
Jabatan itu membutakan, menggelapkan dan akan menjatuhkan bila si pemangku tersebut tidak bisa menjalankan amanah. Bukan saja tugas dan fungsinya secara normatif tapi cara, sikap dan perilakunya terhadap masyarakat.
Berbuat baik ketika ada maunya. Menampilkan sosok tebaik ketika berhadapan dengan orang yang punya jabatan sepadan. Dan seringkali memandang sebelah mata, ketika rakyat biasa ingin menemuinya.
Beginikah sosok orang yang mengaku sebagai wakil rakyat? Rakyat yang mana? 'Rakyat' yang bisa memberikan income ke kantong pribadi atas nama pembangunan daerah alias proyek?
Hanya senyum miris, pedih melihat mereka. Dan parahnya lagi, orang itu punya kedudukan tinggi di lembaga tersebut. Hanya doa yang bisa dilakukan, agar orang itu dibukakan mata, hati dan pikirannya.
Dan saya pun harus mengendalikan emosi. Ingin rasanya saya memaki 'pelayan masyarakat' itu
Komentar
Posting Komentar